Rektor UR Optimis Bentrokan Mahasiswa Tak Pengaruhi Akreditasi Kampus

Rektor UR Optimis Bentrokan Mahasiswa Tak Pengaruhi Akreditasi Kampus

RIAUMANDIRI.co, PEKANBARU - Rektor Universitas Riau Prof Dr Aras Mulyadi menilai bentrokan sesama mahasiswa usai acara wisuda di kampus itu pada 5 Oktober lalu, tidak akan mempengaruhi terhadap penilaian perguruan tinggi itu untuk mendapatkan akreditasi A sebesar 20 persen dari 92 Pogram Studi pada 2018.

"Akreditasi ini gambaran dari proses akademis yang ada, dan juga menilai dari beberapa kinerja komponen pendukung yang ada di dalam kampus. Kami tentu melihat nampaknya, Insha Allah (bentrokan) ini tidak akan berpengaruh kepada itu," kata Rektor Universitas Riau (UR) Prof Dr Aras Mulyadi pada konferensi pers di Aula Pasca Sarjana Universitas Riau (UR), Pekanbaru, Sabtu (7/10/2017).

Sebelumnya, dua kelompok mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dengan Fakultas Teknik UR saling baku hantam usai upacara wisuda pada Kamis lalu (5/10). Bentrokan terjadi dua kali, dengan yang paling parah terjadi pada malam hari karena mahasiswa merusak pos sekuriti dan membakar papan karangan bunga ucapan wisuda yang berjejer dijalan masuk kampus FISIP. Pihak kampus menyatakan ada dua mahasiswa luka berat dan 15 lainnya luka ringan akibat insiden itu.

Sejumlah pengamat insiden memalukan tersebut akan menjadi ganjalan bagi Rektorat UR yang pada tahun ini sedang gencar mengejar akreditasi A sebesar 20 persen dari 92 program studi (prodi).     

"Kami akan terus berjuang untuk mendapatkan akreditasi terbaik untuk UR dimasa yang akan datang," kata Aras.

Pengamat pendidikan Riau, Soemardi Taher, menilai insiden bentrokan mahasiswa tersebut akan penilaian terhadap UR secara keseluruhan untuk mendapat akreditasi A. Ia menilai, akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi, yakni Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

"Program akreditasi yang di perjuangkan UR ini pastilah tidak main-main,  tetapi kini harus ternoda oleh ulah segelintir mahasiswa," ujarnya menyayangkan.

Menurut dia, indikator perilaku mahasiswa merupakan salah satu dari tiga dasar penilaian yang jadi penentu juga untuk akreditasi dimana kemahasiswaan  perlu difokuskan pada prestasi dan peraihan berbagai kejuaraan di berbagai bidang, baik dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) maupun kegiatan lainnya.

"Bentrokan mahasiswa ini bukannya bekerja pakai fikiran dan otak, malah mengandalkan otot," keluhnya.

Karena itu, ia berharap kejadian ini dijadikan pengalaman berharga buat pimpinan perguruan tinggi itu agar ke depan mencoba membangun kerja sama yang lebih solid, tidak dengan jalan sendiri-sendiri dengan egosentrisnya.

"Saya kenal pimpinan PT UR lulusan terbaik luar negeri,  memiliki kecerdasan luar biasa. Cuma mengapa kejadian menyedihkan ini terjadi, barangkali karena masih kurang koordinasi dan kemampuan untuk mengarahkan dan mengelola potensi sumber daya manusia yang ada untuk bersama-sama memajukan UR," katanya.

"Kita berdoa kedepan UR berubah lebih baik dan semakin berhasil," lanjut Soemardi Taher. (ant/ral)