DPD Soroti Persoalan yang Dihadapi Calon Jamaah Haji di Daerah

DPD Soroti Persoalan yang Dihadapi Calon Jamaah Haji di Daerah
RIAUMANDIRI.co, JAKARTA  - Anggota Komite III DPD RI Hardi Selamat Hood menyoroti sejumlah persoalan yang dihadapi calon jamaah haji di daerah sebelum mereka diterbangkan menuju tanah Suci Mekkah.
 
"Saya akan menyampaikan tentang hulunya, dimana kita ketahui setiap calon jamaah berasal dari daerah. Mereka dari kampung-kampung dan itu menunjukkan bahwa ada sesuatu problem, situasi, geografis pada jamaah haji kita," Hardi dalam diskusi 'Kemana Arah Pengawasan Penyelenggaraan Haji Kita?' di Media Center Komplek Parlemen Senayan, Rabu (26/9) 
 
Salah satu yang disorotinya adalah acara serimonial prosesi penglepasan jamaah haji oleh pejabat di masing-masing daerah. Dia meminta prosesi penglepasan calon jamaah haji di daerah disederhanakan agar jamaah tidak lelah mengikuti pidato-pidato pejabat di daerah setempat.
 
"Kita melihat prosesi yang dilakukan oleh bupati atau gubernur terlalu panjang. Sambutan-sambutan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat ini menguraskan waktu  para jamaah yang seharusnya bisa digunakan untuk beristirahat," kata Hardi.
 
Persoalan lain yang dihadapi jamaah haji di daerah menurut Hardi, adalah transportasi jamaah dari kabupaten asal ke embarkasi karena masih ada pemungutan biaya. "Ada biaya transportasi seorang jamaah dari kabupaten asal sampai ke embarkasi itu. Ini  menjadi catatan kita di DPD," ungkap senator asal Kepulauan Riau itu.
 
Dia juga meminta kualitas manasik bagi calon jamaah haji di daerah-daerah ditingkatkan. Menurut dia, materi dalam manasik haji tersebut jangan hanya pada persoalan-persoalan ritual ataupun prosesi ibadah haji, tetapi juga proses migrasi seorang jamaah yang dari desa ke kota dan akhirnya ke luar negeri.
 
"Karena siapapun bila dia baru pertama kali berada di kota, berada di luar negeri, maka akan ada rasa hal yang baru, yang bisa dilakukan yang bisa juga menimbulkan depresi, stres dan seterusnya. Dalam konteks ini kalau kita lihat manasik yang hari ini ditawarkan ataupun diajarkan oleh para pembimbing haji adalah yang paling utama adalah masalah ibadah hajinya," kata Hardi.
 
Belum lagi kata Hardi, calon jamaah haji tidak diajarkan situasional, terutama pada saat di Arafah maupun di Mina. Dimana mereka harus bersama-sama di dalam satu tenda dalam jumlah yang banyak dalam situasi yang panas.
 
"Maka ini harus diberitahu dari awal kepada para jamaah bahwa mereka harus berkelompok dalam melakukan perjalanan, tidak sendirian, supaya tidak hilang atau tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan ibadah, karena mereka tidak berada dalam kelompok itu," katanya. 
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 28 September 2017
 
Reporter: Syafril Amir
Editor: Nandra F Piliang