3 Alasan Susu Kental Manis (SKM) Bukan Susu

3 Alasan Susu Kental Manis (SKM) Bukan Susu
RIAUMANDIRI.co - Seminggu terakhir ini jika kita menyimak berita ataupun artikel yang berseliweran di dunia maya maka akan kita lihat beberapa bahasan tentang susu kental manis (SKM). Bagaimana tidak jika SKM yang hingga saat ini keberadaannya sangat dekat dengan masyarakat tiba-tiba dinyatakan sebagai produk yang berbahaya bagi anak, namun kemudian juga muncul pihak yang menyatakan bahwa SKM aman dikonsumsi. Lalu harus percaya yang mana?
 
Susu kental manis (SKM) menurut BPOM adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu. SKM dibuat dengan cara menguapkan sebagian air dari susu segar (50%) kemudian ditambah dengan gula 45-50%.
 
Produk ini pertama kali diproduksi di Amerika pada abad ke-18 dan karena sifatnya yang tahan lama pada saat itu banyak dipakai sebagai bekal tentara Amerika yang sedang terlibat perang saudara. Di negara maju sebagian kecil masyarakatnya masih mengonsumsi SKM sebagai campuran dessert, minuman teh atau kopi tapi tidak digunakan sebagai minuman susu karena masyarakat sudah mengetahui bahwa SKM rendah gizi dan terlalu banyak mengandung gula. Sementara di Indonesia konsumsi SKM masih tinggi bahkan terus meningkat.
 
 
Berikut 3 alasan utama SKM tidak tepat dikonsumsi sebagai minuman susu:
 
 
1. Tinggi Kandungan Gula
 
Kandungan gula dalam SKM sangat tinggi dibandingkan dengan jenis susu yang lain (susu bubuk, suhu UHT, dll). Dalam satu takaran saji yang tertulis pada kemasan SKM (4 sendok makan SKM dilarutkan dengan 150 mL air hangat) terkandung gula sekitar 20 gram atau setara dengan 2 sendok makan gula.
 
WHO sangat menganjurkan asupan harian gula bebas untuk anak usia 1-3 tahun maksimal 28 gram per hari atau setara dengan 3 sendok makan gula, sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun maksimal 40 gram per hari atau setara dengan 4 sendok makan gula. Padahal anak biasa mengonsumsi susu sehari 2 kali, yaitu pagi ketika sarapan dan malam ketika akan tidur.
 
Jika susu yang diberikan kepada anak adalah SKM maka anak sudah mendapatkan asupan gula sebanyak 40 gram. Jumlah ini sudah berlebih bagi anak. Belum lagi jika anak mengonsumsi makanan lain yang mengandung gula seperti permen, kue dan biskuit. Konsumsi makanan dan minuman manis dari kecil bisa menyebabkan pola konsumsi yang tidak baik untuk anak yaitu anak akan lebih memilih mengonsumsi makanan yang manis sehingga bisa menyebabkan obesitas serta penyakit diabetes dan penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke ketika dewasa.
 
 
2. Rendah Kandungan Protein
 
Ketika mengonsumsi SKM sebagai minuman susu dengan mengikuti saran penyajian yang tertulis pada kemasan SKM maka akan mendapatkan asupan protein hanya 3 gram saja. Sementara asupan protein yang dibutuhkan anak usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia adalah 26 g/hari dan 35 g/hari. Berarti jumlah protein yang didapatkan dari segelas SKM sangat sedikit. Padahal masyarakat memberikan susu kepada anaknya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan protein anak sesuai dengan AKG, selain dengan memberikan makanan sumber protein tinggi tentu saja.
 
 
3. Rendah Kandungan Kalsium
 
Kalsium merupakan salah satu komponen pembentuk tulang yang berguna untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu pangan yang diharapkan dapat membantu mensuplai kalsium adalah susu, namun tidak dengan mengonsumsi SKM sebagai minuman susu karena kalsium yang terkandung didalamnya rendah. Kandungan kalsium dalam SKM paling rendah dibandingkan dengan jenis susu yang lain.
 
Demikian 3 alasan utama yang bisa dijadikan pertimbangan oleh ibu ketika akan memberikan SKM sebagai susu kepada anak. Produk SKM ini tidak berbahaya jika penggunaannya tepat yaitu sebagai bahan campuran pangan seperti topping untuk martabak dan es campur, olesan roti serta pembuatan kue.(kc/van)