Tingkat Abrasi Sudah Parah (1)

Pulau Rupat dan Bengkalis Bakal Tenggelam

Pulau Rupat dan Bengkalis  Bakal Tenggelam

Kawasan tersebut tersebar di Pulau Bengkalis, Pulau Rupat dan sepanjang  bibir pantai arah utara Kecamatan Bukitbatu yang berada di Pulau Sumatera.

Bila tidak ditangani secepatnya, bukan mustahil Pulau Rupat dan Bengkalis bakal terancam tenggelam.

Di Pulau Bengkalis, ada beberapa desa yang mengalami abrasi parah. Untuk Kecamatan Bantan, kondisi itu terjadi di Desa Jangkang, Desa Bantan Air dan Desa Muntai. Sedangkan di Kecamatan Bengkalis terjadi di Desa Meskom, terutama di daerah Perapat Tunggal.

Bahkan baru-baru ini, sekitar 20 hektare lahan sawit milik PT Meskom amblas ke laut. Beruntung lokasi yang amblas tersebut tidak ada pemukiman warga. Lokasi kebun yang amblas tersebut berada di sekitar Desa Simpang Ayam dan Desa Meskom yang menghadap ke Selat Melaka.

“Jika tidak cepat ditanggapi melalui upaya dan langkah konkrit oleh pihak-pihak terkait, bisa saja dalam kurum waktu 100 tahun ke depan, Pulau Bengkalis ini hanya tinggal nama saja,” ujar anggota Komisi II DPRD Bengkalis, H Mawardi ketika meninjau abrasi di kebun sawit milik PT Meskom, baru-baru ini.

Menurut Mukhtar, warga Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, saat ini abrasi parah terjadi di kawasan menuju Dusun Parit Tiung, Dusun Penampo dan Deluk. Tak tanggung-tanggung, setiap bulan, abrasi terjadi sekitar 3 hingga 4 meter.
“Ada tempat pengumpulan ikan nelayan juga sudah mulai amblas dihantam abrasi. Kalau hal ini dibiarkan, abrasi semakin membahayakan masyarakat di sini,” tuturnya.

Hal senada diutarakan Ismail, tokoh masyarakat Desa Bantan Air. Di Dusun Papal, banyak perkebunan karet warga mulai tenggelam akibat hantaman abrasi. Bahkan salah satu bedeng batu milik warga di sana, ambruk disapu abrasi.
“Masyarakat di sini sudah berupaya melakukan penanggulangan dengan melakukan penamanan mangrove secara bersama-sama. Akan tetapi upaya itu hanya sebatas untuk menganulir dan sifatnya sementara. Jika dilihat dari kondisi yang ada, perlu dibangun pemecah gelombang di sepanjang bibir pantai,” ujarnya.

Stadium Dua
Abrasi yang terjadi di Pulau Bengkalis sudah masuk stadium dua. Artinya, jika tidak secepatnya diatasi, pengikisan daratan Pulau Bengkalis yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka akan semakin lebar dan bisa menenggelamkan pemukiman masyarakat.

Kondisi tak jauh beda terjadi di Desa Makeruh, Kecamatan Rupat. Kondisi abrasi di desa yang berhadapan langsung dengan Selat Melaka itu sudah pada tahap mengkhawatirkan.

Bahkan belum lama ini, salah satu rumah warga di Makeruh yang berada di bibir pantai rusak parah ditrerjang gelombang pasang yang terjadi pada musim utara dari arah Selat Melaka. Tidak kurang sepanjang 3 kilometer kawasan bibir pantai dihantam abrasi dengan daratan yang diterjang mencapai 10-20 meter pertahunnya.

Kemudian di sepanjang bibir pantai di arah utara Kecamatan Bukitbatu, tepatnya di Desa Sepahat, Desa Bukitbatu dan Desa Api. Kian hari bibir pantai runtuh ke laut, jika dibiarkan maka akan mengancam perkampungan nelayanan yang ada di sekitar sana. Rata-rata sekitar 7-10 meter daratan di wilayah tersebut amblas disapu gelombang air laut Selat Malaka.

“Di daerah ini sudah sepanjang 8 kilometer kondisinya sudah cukup mengkhawatirkan. Kalau dirata-rata abrasi tujuh sampai sepuluh meter dalam setahun,” ungkap Kepala Desa Sepahat, Hasan.

Akibat abrasi ini, sudah dua jalan utama ke desa ini hanyut ke laut dan terakhir jalan yang dilalui dari Pakning ke Dumai. Kuatnya gelombang laut tidak hanya turut memperparah abrasi. Tetapi  juga ikut merusak sejumlah fasilitas umum seperti pelabuhan. Dari 8 kilometer dartan yang mengalami abrasi, baru sepanjang 2 kilometer yang telah dipasang pemecah gelombang.

“Yang 2 kilometer pemecah gelombang itu merupakan upaya dari Pemkab Bengkalis. Sedangkan dari Pemerintah Provinsi belum ada sama sekali. Gelombangnya memang kuat, pelabuhan dari beton saja juga rusak dibuatnya,” jelas Hasan, warga sekitar.

Tingkat abrasi di Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat, sudah tergolong berat, yakni  mencapai 10 meter per tahun. Untuk dibutuhkan penanganan yang serius mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. “Kalau hanya mengandalkan APBD kabupaten, jelas tidak akan sanggup. Tentu harus melibatkan provinsi dan pusat, mengingat anggaran yang dibutuhkan untuk penanganan abrasi ini cukup besar,” ujar anggota DPRD Bengkalis, Muhammad Tarmizi. (bersambung)Abrasi di sejumlah kawasan di Kabupaten Bengkalis, saat ini kondisinya sudah tergolong parah. Menurut data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bengkalis, sekitar 10 persen dari 128 kilometer bibir pantai yang berhadapan dengan Selat Melaka mengalami abrasi.