Indonesia Buru Juara All England

Indonesia Buru Juara All England
Jakarta (RIAUMANDIRI.co) - All England 2017 dimulai hari ini, Selasa (7/3). Pasukan Indonesia siap tempur berburu gelar sekaligus melawan aura magis ajang bulutangkis tertua di dunia itu.
 
PBSI memang tak bisa main-main di All England. Ajang berhadiah total USD 600 ribu yang bergulir mulai 7-12 Maret di Birmingham itu menjadi satu pertaruhan besar setelah masuk dalam daftar prioritas kerja PBSI bersama dua ajang lain pada 2017. Dua sasaran utama lainnya adalah Piala Sudirman di Gold Coast, Australia, 21-28 Mei dan Kejuaraan Dunia bulutangkis di Glasgow, Skotlandia, pada 21-27 Agustus.
 
Dengan 23 pemain yang dikirimkan ke Birmingham, PBSI membidik satu gelar juara. Praveen Jordan/Debby Susanto diharapkan mampu mempertahankan titel. "Di semua sektor persiapannya pasti lebih, karena All England salah satu target utama. Intinya ini salah satu turnamen penting, tiap sektor pasang target, tapi tetap realistis," tutur Susy Susanti, Ketua Bidang Pembinaan prestasi PP PBSI yang sekaligus menjadi manajer tim Indonesia ke Birmingham baru-baru ini.
 
Kali ini pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tak menjadi tumpuan. Liliyana bakal tampil dengan kondisi kurang fit. Dia dibekap cedera lutut. Selain Praveen/Debby, potensi lain dimiliki ganda putra yang tengah naik daun, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Kevin/Marcus menjadi ganda putra terbaik Tanah Air saat ini dengan ada di urutan kelima dunia.
 
Kevin dan Marcus memang digadang-gadang sebagai penerus tongkat estafet dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang sudah pisah jalan. Mereka berhasil melampaui laju pasangan yang sudah lebih dulu diorbitkan, Angga Pratama/Rian Agung Saputro bahkan ketika terjadi perombakan dengan Angga yang kemudian dipasangkan dengan Ricky Karanda Suwardi.
 
Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, siap mengemban tugas itu, meski tak menyebut nama yang dijagokannya secara detail. Selain Marcus/Kevin, ganda putra diperkuat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Angga/Ricky, dan Ahsan/Rian Agung.
 
"Kekuatan ganda putra kita lebih merata dibanding dulu. Mungkin lebih kuat karena dulu kan cuma mengandalkan Ahsan/Hendra. Kalau sekarang senjatanya lebih banyak, tidak cuma satu pasang," kata Herry kepada awak media sebelum terbang ke Inggris, seperti dikutip dari detiksport.
 
Christian Hadinata, staf ahli PP PBSI, mengingatkan All England bukan semata-mata soal gengsi sebagai salah satu ajang prioritas PBSI pada 2017 yang bakal menjadi beban buat para pemain. Aura All England yang berbeda dibandingkan turnamen bulutangkis lain menjadi tantangan tersendiri bagi para kontestan.
 
"Memang siapapun pemain pasti ingin sekali tampil di turnamen seperti All England, menjadi juara di sana. Turnamen ini mem punyai kharisma, aura, tersendiri dibanding kejuaraan lain," ungkap Christian yang menjadi juara All England 1972 dan 1973 bersama Ade Chandra dan 1979 bersama Imelda Wiguna. (dtc/ril)