RI-Saudi Disatukan Islam dan Persaudaraan

RI-Saudi Disatukan Islam dan Persaudaraan

JAKARTA (riaumandiri.co)- Presiden Joko Widodo menilai  penting pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi. Terlebih saat ini kedua negara memainkan peran utama di masing-masing kawasan yakni di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

"Indonesia dan Arab Saudi adalah dua negara besar yang memiliki pengaruh penting di kawasan. Sudah selayaknya negara kita dapat terus meningkatkan kerja sama internasional," kata Joko Widodo dalam sambutan pengantara seusai jamuan makan siang bersama Raja Salman, di Istana Bogor, Rabu (1/3).
Dikatakan, kedatangan Raja Salman bersama rombongan ke Indonesia menjadi titik tolak bagi peningkatan hubungan kedua negara yang

dipersatukan oleh Islam, persaudaraan, dan hubungan yang saling menguntungkan.

"Kunjungan Sri Baginda Raja ini menjadi titik tolak bagi peningkatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi yang dipersatukan oleh Islam, oleh persaudaraan, dan hubungan yang saling menguntungkan," sambung Jokowi.

Arab Saudi, menurut Jokowi, punya posisi penting bagi Indonesia. Saudi menjadi satu dari tujuh negara pertama yang memberi pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia pada 1947. Apalagi kedua negara sama-sama memiliki ikatan khusus dengan latar Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sebagai negara dengan penduduk muslim paling besar di dunia, bangsa Indonesia selalu memiliki ikatan yang khusus dengan Arab Saudi.

Jokowi berharap dan akan mendoakan Raja Salman bin Abdulaziz dan segenap keluarga kerjaan serta seluruh rakyat Arab Saudi senantiasa dianugerahi kesehatan, kebahagiaan, dan dilindungi dalam kebaikan Allah SWT.

"Saya juga berdoa kiranya Allah melimpahkan Indonesia dan Arab Saudi dengan kedamaian dan kesejahteraan," ujar Jokowi.

Di tempat yang sama, Raja Salman berterimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berkunjung ke Indonesia. Undangan ini merupakan kehormatan bagi Salman dan rombongan kerajaan. "Semoga kunjungan ini bisa memberikan kontribusi dan meningkatkan dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara," ujarnya.

Saksikan MoU
Usai pertemuan bilateral dan jamuan makan siang, Presiden Joko Widodo dan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan di Istana Bogor. Penandatanganan MoU ini dilakukan para menteri kedua negara.

Ada 11 MoU yang diteken dengan urutan pertama antara menteri luar negeri kedua negara, disusul kedua menteri keuangan. Peningkatan hubungan kedua negara yang diteken dalam MoU di antaranya mencakup kerja sama hubungan luar negeri, kesehatan, kebudayaan, transportasi, perdagangan, keagamaan, serta pendidikan. (selengkapnya lihat tabel, red)

Tanda Bintang

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna kepada Raja Salman. Penganugerahan itu diputuskan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22/TK/Tahun 2017.

"Tanda kehormatan diberikan sebagai penghargaan atas jasa-jasa sangat luar biasa di berbagai bidang yang sangat berguna bagi kelangsungan hubungan baik kedua negara," demikian kutipan Keppres tersebut.

Selain itu, pemberian tanda kehormatan tertinggi juga sebagai bentuk membangun kesetaraan hubungan timbal balik kenegaraan. Pasalnya, dua tahun lalu, Jokowi juga menerima tanda kehormatan serupa, yakni Star of the Order of King Abdul Aziz Al-Saud Medal di Istana A-Salam Diwan Malaki, Jeddah.

Hal menarik terjadi ketika Jokowi memberikan tanda kehormatan ini. Tali tanda kehormatan bintang terlihat terlepas, beberapa saat setelah dikalungkan Jokowi kepada Raja Salman.

Jokowi tak menyadari hal itu. Ia baru menyadarinya setelah diberitahu. Jokowi lantas dengan sigap mengalungkan kembali tanda kehormatan tersebut.

Kalung tanda kehormatan itu tak sampai jatuh ke lantai karena sisi lainnya dipegang seorang asisten ajudan Presiden. Insiden kecil itu juga tak mengganggu seremoni pengalungan tanda kehormatan.

Perjuangkan Palestina
Sementara itu, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Raja Salman juga membahas perdamaian di Timur Tengah. Isu Palestina jadi tema dalam bertukar pikiran antar keduanya.

Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dalam keterangan persnya menjelaskan, Jokowi dan Raja Salman akan terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

"Kedua pemimpin juga bertukar pandangan terkait dengan kerjasama regional dan internasional, termasuk isu Palestina. Kemerdekaan Palestina merupakan perjuangan yang harus terus dilakukan," kata Retno.

Secara umum, berbagai konflik di Timur Tengah akan diusahakan pemimpin kedua negara ini untuk diselesaikan. Jalan damai adalah pilihan Jokowi dan Raja Salman.

"Indonesia menegaskan kembali pentingnya penyelesaian berbagai konflik di seluruh dunia, termasuk di timur tengah secara damai," tutur Retno.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Nizar bin Ubaid Madani menyatakan hal serupa. "Terkait isu Palestina, kedua pemimpin sepakat untuk berupaya mencapai solusi yang adil dan menyelesaikan persoalan Bangsa Palestina secara tepat," kata Nizar.

"Demikian pula terdapat kesepakatan pandangan untuk memajukan Islam sebagai bentuknya yang penuh kedamaian, rahmatan lil alamin," kata Nizar.

Simbol Pertautan Sejarah

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi kedatangan Raja Salman ke Indonesia. Kedatangan Raja Arab Saudi ini untuk membuktikan bahwa dunia Islam yang punya pusat kesejarahan di Arab Saudi, sebenarnya punya sejarah yang besar. Bahkan, kehadiran Raja Salman ke Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar di dunia, merupakan simbol pertautan sejarah.

"Kami memberi apresiasi yang sangat tinggi terhadap niat yang luar biasa baiknya," ujarnya,

Menurut Haedar, kehadiran Raja Salman menunjukkan Indonesia menjadi negeri yang diperhitungkan. Karena itu, manfaatkan kunjungan Raja Salman untuk penguatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi sebagai simbol dua negara yang memiliki sejarah Islam yang sangat baik.

Haedar juga berharap, Indonesia dan Arab Saudi bisa menciptakan perdamaian di Timur Tengah khususnya dan membangun kekuatan dunia Islam yang menjadi penyeimbang sekaligus menjadi kekuatan aternatif di tengah percaturan politik global yang mulai mengalami pergeseran dari Amerika dan Eropa ke Cina.

Minta Bertemu
Untuk agenda hari ini (Kamis, 2/3), Raja Salman dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan DPR dan sejumlah tokoh masyarakat di Tanah Air. Salah satunya adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq.

Rencananya, Habib Rizieq akan berupaya dapat bertemu khusus dengan Raja Salman. Hingga kemarin, pihak Rizieq masih mengupayakan pertemuan itu dengan melobi protokoler Dewan Perwakilan Rakyat.

“Kami komunikasikan terus. Kalau bisa ada pertemuan khusus antara Habib Rizieq, GNPF MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia) dengan Raja Salman," kata kuasa hukum Rizieq, Kapitra Ampera.

Rizieq akan menghadiri pertemuan kunjungan Raja Salman ke DPR pada hari ini pukul 13.00 WIB. Selain anggota DPR, beberapa undangan dapat mengikuti pertemuan Dia mendapat undangan bersama 21 tokoh lainnya.

"Ya beliau diundang DPR untuk ikut audensi Raja Salman. Insya Allah (hadir), ” kata juru bicara FPI, Slamet Maarif.

Kapitra menjelaskan, jika Rizieq diberikan kesempatan berbicara dengan Raja Salman, maka dia tidak akan membahas masalah politik dalam negeri. Kapitra mengatakan masalah politik dalam negeri ibarat urusan rumah tangga yang tidak boleh diceritakan ke pihak lain.

"Kami tidak bicara masalah politik. Bahwa ada kelemahan dalam penegakan hukum, iya. Tapi ini kan rumah tangga kita. Masalah dalam negeri diselesaikan dalam negeri. Kami yang malu dong kalau cerita aib ke orang lain," kata Kapitra.

Kapitra mengatakan  Rizieq telah menyiapkan proposal untuk diajukan kepada Raja Salman untuk membantu mendirikan rumah sakit dan sekolah modern gratis bagi warga yang kurang mampu.

"Kalau diberikan kesempatan kami siapkan proposal untuk dua hal ini. Arab kan negara kaya. Jadi apa salahnya kami buka peluang untuk sejahterakan rakyat," katanya.

Raja Salman akan mengunjungi DPR besok selama 30 menit, setelah itu dia akan berkunjung ke masjid Istiqlal.

DPR sudah menyiapkan serangkaian acara penyambutan termasuk menyediakan kursi khusus yang dibuat dengan menyesuaikan bentuk dan postur tubuh Raja Salman yang sudah berusia 81 tahun itu.

Seluruh anggota DPR yang tengah melakukan reses dipastikan hadir dalam agenda kunjungan Raja Salman tersebut. Mereka telah diingatkan saat sidang paripurna terakhir. (bbs, rol, dtc, kom, cnn, ral, sis)