Djarum Superliga Badminton

Mengukur Mental Pemain di Turnamen Beregu

Mengukur Mental Pemain di Turnamen Beregu

Surabaya (RIAUMANDIRI.co)- Indonesia menatap gelaran Piala Sudirman di tahun 2017 ini. Ajang ini jadi salah satu ajang yang paling susah dimenangi oleh Indonesia.

Piala Sudirman akan digelar pada Mei mendatang di Gold Coast, Australia. Dari total 14 kali diselenggarakan, Indonesia baru sekali memenangi kejuaraan beregu campuran itu.

Satu-satunya titel juara itu diraih pada 1989 yang mana merupakan gelaran pertama Piala Sudirman. China menjadi negara terbanyak yang mengoleksi gelar dengan 10 kali, diikuti Korea Selatan dengan tiga kali juara.

Menjadi ironis karena turnamen itu dinamakan dari tokoh bulutangkis nasional, Dick Sudirman, yang merupakan pendiri PP PBSI.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti menyebut dalam turnamen beregu semacam ini, mental pemain memegang faktor besar. Karena setiap pemain harus menanggung beban yang besar dari seluruh tim.

Faktor mental ini pula yang disoroti Susy, khususnya dari sektor putri yang cukup lama kering prestasi. Sebagai mantan pemain tunggal putri, dia menilai selama ini para pemain kurang punya kepercayaan diri dan keberanian, sehingga kerap kalah dulu sebelum bertanding.

Menuntaskan problem seperti ini perlu banyak upaya yang berkesinambungan dari banyak pihak. Mulai dari proses pembinaan yang baik, program pelatihan yang mapan untuk pemain, serta keikutsertaan di turnamen secara berkelanjutan dan terukur.

Tampil di turnamen-turnamen beregu, seperti Djarum Superliga Badminton, disebut Susy juga cukup membantu tim. Dengan banyak klub yang mengikutsertakan pemain-pemain muda, ajang semacam ini jadi kesempatan melatih mental, apalagi dengan keberadaan para pemain top dari luar negeri.

"Sebetulnya cukup baik ya, karena memang pertandingan beregu dan perorangan itu berbeda. Kalau perorangan kan hanya menyangkut diri sendiri ya. Tapi kalau beregu ini kan, pasti satu sama lain berkaitan," kata Susy kepada sejumlah wartawan di DBL Arena, Sabtu (25/2/2017).

"Lalu juga secara mental biasanya bebannya akan lebih berat. Si atlet ini kan akan dilihat keberaniannya, tanggung jawabnya, pada saat turun di pertandingan beregu."

"Jadi hal ini paling nggak jadi satu bahan penilaian kita, 'oh si ini kalau beregu jelek mentalnya'. Selain itu untuk uji coba juga, sejauh mana atlet ini bisa jadi ujung tombak atau jadi penentu."

"Kalau saat jadi ujung tombak, dia kan jadi harapan pemain-pemain di belakangnya. Kalau jadi penentu, dia akan jadi harapan untuk kemenangan tim," tandas istri dari Alan Budikusuma ini. (ds/vio)