Sudah Tiga Bulan Ditempati

Pasar Higienis Sepi Pembeli

Pasar Higienis Sepi Pembeli

PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co)-Selama tiga bulan menempati Pasar Higienis yang disiapkan Pemerintah Kota Pekanbaru, sejumlah pedagang yang ditemui di lokasi pasar, Senin (24/10), mengaku rugi karena tak ada pembeli.


Bahkan mereka menyebut pasar yang berada di Jalan Teratai itu kini hanya dijadikan sebagai tempat tidur siang saja."Tak ada yang belanja, dari pagi sampai siang ini, jual beli saja tak sampai Rp50 ribu, dana habis untuk modal, sedangkan kami tetap mau jualan. Pasar Higienis kini hanya dijadiakn pedagang saabgai tempat tidur dan penitipan barang saja," keluh Inyong.


Ditanya, apa kendala bisa sepi dari pembeli, sedikit emosi Inyong menjawab, semua terjadi karena pemerintah tak tegas menertibkan. Dibuktikan dengan masih banyaknya pedagang berjualan di ruas jalan Teratai dan terminal angkutan kota disekitar lokasi pasar.



Akibatnya 150 lapak yang disiapkan pemerintah di pasar higienis ditinggal pedagang beralih berjualan kembali di pinggir- pinggir jalan dan terminal.  Pasar higienis hanya dijadikan tempat duduk- duduk, melepas lelah usai berjualan di lokasi yang dilarang pemerintah tersebut.


"Dari sejumlah lapak yang disiapkan, hanya empat orang pedagang masih bertahan, dua pedagang sayur dan dua orang pedagang ikan dan gorengan. Kalau yang berjualan sambilan, ada 15 orang pedagang, ini belum pantas disebut pasar higienis, tertutup dan sempit, lihatlah bofet- bofet itu semua sudah ditutup terpal, orangnya tak ada lagi," kata dia,


Pasar
sambil menunjukkan bofet yang dimasudkan.
Di lokasi yang sama, pedagang ikan, Eel, diminta komentarnya, justru melontarkan ucapan pedas, Dia menyebut, kondisi sepi pembeli, artinya sama saja walikota menyuruh mereka mati perlahan. Belum sampai berjualan di pasar higienis dua bulan, dirinya sudah terutang dengan majikan sebesar Rp5 juta, karena jualan tak pernah laku.

"Kalau gini terus, sama saja pak wali menyuruh kami mati perlahan, kalau mau digusur, gusur semua, jangan ada pengeculian. Ini tidak, tengoklah di luar sana sekarang, berapa banyak pedagang yang tetap berjualan, kalau gitu terus, manalah ada orang belanja di pasar ini, walikota iyalah enak, duitnya banyak,kami bagaimana," cetus Eel.

Persoalan terhalangnya pasar  tembok bangunan bekas sekolah tersebut, masih jadi kendala sepinya pembeli. Bahkan, kata Eel, kalau pemerintah tak bisa merubuhkan, dia bersama pedagang lain siap merubuhkannya asal diberikan izin.

"Cobalah pikir modal jualan ikan ini Rp25 ribu, untungnya cuma dua ribu, kalau ndak laku terpaksa dieskan, setelah itu bisa dijual hanya Rp10 ribu, apa ndak rugi.  pasar bini hanya tempat duduk saja, bukan pasar ini namanya, tapi lebih pantas namanya tempat tidur saja," kesalnya.

Kepala Dinas Pasar Kota Pekanbaru, Mahyudin, dikonfirmasi, mengatakan, belum bisa mengomentari persoalan, sebab dia sedang mengkuti sidang paripurna di DPRD."Saya belum bisa komentari," singkat dia.

Sebelumnya Mahyudin pernah menyebut, untuk menertibkan PKL termasuk di Jalan Teratai, Pemko akan menerbitkan Peraturan Daerah.
"Kita akan terbitkan Perda PKL, mudah- mudahan tahun ini Perda bisa dibahas, karena ciri- ciri pedagang kita sulit untuk diatasi. Selagi masyarakat masih tetap belanja di pinggir- pinggir jalan, pedagang akan tetap ada," kata Kepala Dinas Pasar Kota Pekanbaru, Mahyudin, waktu itu, saat peresmian Puskesmas Wisata, di Jalan T.Umar.

Terkait permintaan pedagang di Pasar Higienis yang meminta tembok dibongkar untuk memperluas pasar, Mahyudin menjawab, sudah ada planing melakukannya.

"Planing kita sudah ada untuk itu, InsyaAllah  tahun 2017 pasar itu akan dilanjutkan pembangunannya, bukan hanya itu, tangga yang menghubungkan antara Pasar Higinenis dengan pasar Senapelan juga akan dibangun, gambarnya sudah ada semua," tutup Mahyudin.***