Pembangunan SMKN Perikanan Sabak Auh

Warga Harapkan Sesuai Prosedur

Warga Harapkan Sesuai Prosedur

SIAK (RIAUMANDIRI.co) - Warga Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak mengharapkan pembangunan SMK Perikanan Negeri 1 Sabak Auh yang berasal dari Direktorat pengembanagn SMK Pusat dikerjakan sesuai prosedur. Pasalnya, pengerjaan proyek SMK tersebut diduga masih kurang pengawasan sehingga para pekerja asal tancap cerocok saja dan ukuran tidak rata.

"Kami berharap kepada tim pelaksana pengerjaan proyek SMK Perikanan  Negeri 1 Sabak Auh agar dapat dengan ketat mengawasi pembagunan tersebut, pasalnya kami lihat untuk pemasangan trokcok pondasi asal tancap saja dan ukurannya berpariasi.

Selain itu, waktu pengerjaan awal dan sudah mencapai 30 persen pengerjaan, pihak pekerja saat pengaduan semen mengunakan alat manual, tidak mengunakan Molen,


sedangkan menurut setandar PU kalau sudah di atas 4 kubik harus mengunakan molen, sehingga dikhawatirkan tidak maksimal kontruksinya," kata salah seorang warga Sabak Auh yang enggan disebutkan namanya kepada Haluan Riau, Rabu (19/10).

Masyarakat  tidak menginginkan pembangunan SMK Perikanan Negeri 1 Sabak Auh bernasib sama dengan pembangunan yang ada di SMK Negeri 1 Bungaraya,

yang mana pembangunan di SMK Bungaraya hampir disetiap kelas atau lokal banuyak yang retak, karena diduga kurangnya pengawasan dalam pembangunan tersebut.

Terkait hal itu, dibenarkan oleh Untung sebagai pelaksana  lapangan. Menurutnya, pengerjaan proyek SMK pada awalnya hanya secara manual dalam pengadukan semennya dan untuk cerocok pondasi tergantung sebatas mana masuknya cerocok tersebut kedalam tanah.

"Memang untuk trocok berpariasi panjang pendeknya pak, tergantung sampai mana kayu trocok itu masuk kedalam tanah, kalau hanya setengah meter atau empat puluh sentimeter yang masuk ya segitu saja kita masukan,tidak dipaksakan, yang penting ada trocoknya,"jelasnya.

Hal itu diakui juga oleh Yulhendri, Ketua Tim Pelaksana USB. Pada awalnya memang mengunakan adukan semen dan pasir secara manual, setelah diperingatkan oleh salah satu pekerja baru disediakan molennya. Namun menurutnya, dalam pengadukan mengunakan manual itu tidak ada masalah, karena ukurannya sama dengan ukuran molen.

"Awalnya kami tidak mengunakan molen, karena menurut kami pengadukan semen hanya manual itu tidak masalah, yang penting campuran semenya sesuai dengan prosedur. Namun karena ada masukan dari pekerja, saat ini baru kita mengunakan Molen,"jelas Yulhendri yang juga sebagai kepala SMK Negeri 1 Bungaraya.

Terkait cerocok untuk pondasi  yang panjang pendek, Yulhendri, juga mengakui hal itu, karena berdasarkan ketentuannya tidak ada ukuran panjang pendek, namun kalau ukuran besar kecil itu ada.

"Yang jelas panjang pendeknya kayu cerocok untuk pondasi itu tergantung kekerasan tanahnya, kalau tanahnya lembek maka kayu trocoknya bisa satu sampai dua meter, tapi kalau tanahnya keras ya tergantung masuknya kayu itu, jadi panjang pendeknya kayu tergantung pada kerasnya tanah," ungkapnya.

Lebih lanjut Yulhendri juga mengatakan, selama ini material seperti besi, semen banyak yang hilang, sehingga dengan keadaaan itu dapart mengurangi keunyungan dari pekerjaan tersebut.

"Keuntungan kita dari pekerjaan tersebut hanya tiga persen saja, kalau ada kehilangan material seperti saat ini ya otomatis jadi berkuranglah dan itu yang menanggung kita," pungkasnya.(gin)