Hingga Akhir 2016

Inflasi Diprediksi Masih di Bawah 3,5 Persen

Inflasi Diprediksi Masih di Bawah 3,5 Persen

JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Hingga akhir tahun 2016, Bank Indonesia memprediksi inflasi Indonesia masih cukup terkendali. Meski dari angka tersebut, sebagian besar pendapatan masyarakat digunakan untuk membeli produk makanan, namun diperkirakan angka tersebut masih berada dibawah 3,5 persen.

Demikian diungkapkan Deputi Senior Bank Indonesia, Mirza Aditya Iswara, Senin (10/10). Menurutnya, dari 7 kelompok pengeluaran yang dilakukan survei, Bank Indonesia memperkirakan indeks harga konsumen masih berada pada porsi yang cukup baik. Meski angka inflasi selalu mengalami kenaikan dan penurunan. Namun jika dilihat sejak 2013, angka inflasi berada pada 8,3 persen, terus menurun pada 2015 berada pada 3,3 persen. Serta 2016, berdasarkan year to date inflasi masih diangka 1,97 persen.

“Jadi diperkirakan inflasi hingga akhir tahun masih dibawah 3,5 persen. Untuk itu, agar terus terkendali perlu dilakukan peningkatan produksi khususnya pada produksi bahan makanan,”ujar Mirza.


Untuk melakukan peningkatan tersebut, lanjut Mirza, perlunya peran kewenangan pemerintah daerah dalam mendorong masyarakat agar bisa melakukan produksi pangan sendiri. Hal ini mengingat kebutuhan pangan yang cukup tinggi, dan bisa mengurangi ketergantungan bahan pangan dari luar. Serta kebijakan pemerintah dalam melakukan kontrol terhadap distribusi barang dan jasa agar bisa lebih merata.

“Pemda bisa juga melakukan kegiatan operasi pasar, dalam menekan kenaikan harga atau inflasi. Jadi Pemda tidak hanya fokus pada pertumbuhan inflasi saja,” tuturnya.

Perlunya dilakukan pengendalian inflasi, tambah Mirza, agar tidak semakin menekan kondisi ekonomi masyarakat. Apalagi kenaikan pendapatan masyarakat, tidaklah sebanding dengan kenaikan angka inflasi. Dimana kenaikan pendapatan naik hanya 5-10 persen pertahun, sedangkan kenaikan inflasi bisa mencapai 10-20 persen pertahun.

Dengan melakukan perkuatan kebijakan antara lain, mengoptimalkan peran bulog dalam pengelolaan stok pangan, memperluas program tol laut dan juga mempertimbangkan berbagai aspek dala impor agar tidak berimplikasi pada kurangnya insentif masyarakat untuk produksi.

Sementara itu, Asisten Direktur Departemen Ekonomi Moneter Bank Indonesia, Handri Adiwilaga menuturkan bahwa dalam 3 bulan kedepan angka inflasi akan terkendali karena adanya defisit neraca beras, seiring dengan masuknya musim paceklik. Begitupula halnya dengan harga komoditas pangan lainnya yakni bawang merah.

Selain itu juga, perlunya optimalisasi dana desa untuk peningkatan produksi pangan juga sangat dibutuhkan, dalam menekan angka inflasi agar tetap stabil dan terkendali,” pungkasnya.***