Ikan Mati Danau Maninjau Diolah Jadi Tepung

Ikan Mati Danau Maninjau Diolah Jadi Tepung

Lubuk Basung, (RIAUMANDIRI.co)- Kelompok Tepung Tan Melayu di Nagari Koto Malintang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), mengolah ikan yang mati milik petani keramba jaring apung di Danau Maninjau untuk menjadi tepung pakan ternak.


Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam Ermanto di Lubuk Basung, Rabu (21/9), mengatakan saat ini kelompok tersebut baru memproduksi tepung sekitar 250 kilogram dan ini tahap uji coba.


Tepung ikan ini, tambahnya sedang diuji di Laboratorium Universitas Andalas Padang terkait kandungan protein yang dimiliki tepung ikan tersebut sehingga layak untuk digunakan sebagai pakan ikan lele dan ayam.



Ia menerangkan mesin tepung ikan dengan kapasitas 250 kilogram per jam ini merupakan bantuan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan pada 2015.
Sementara bahan baku berasal dari ikan yang mati di keramba jaring apung di Danau Maninjau. Setiap hari, ujarnya, paling sedikit sekitar tiga ekor ikan mati setiap petak.


Sedangkan jumlah keramba jaring apung di Danau Maninjau sebanyak 18.000 petak.
"Setidaknya sekitar 54.000 ekor ikan mati setiap hari. Dengan kondisi ini bahan baku tidak masalah dan kelompok tidak kesulitan mencari bahan baku nantinya," tegasnya.


Untuk pemasaran, terangnya sudah ada permintaan dari pengusaha di Kabupaten Limapuluh Kota dan daerah lain, sebagai pakan ayam dan ikan lele dengan harga sekitar Rp3.000 per kilogram.


Dengan keberadaan mesin tepung ini, maka ikan yang mati tersebut bisa dimanfaatkan kelompok sebagai bahan baku tepung, sehingga petani tidak membuang ikan ke danau vulkanik itu.


"Biasanya petani membuang bangkai ikan ke danau, terutama kematian ikan secara massal sehingga danau tersebut menjadi tercemar," katanya.
Sementara itu, Anggota DPRD Agam, Irvan Imran berharap kepada dinas terkait terus melakukan pembinaan kepada kolompok mulai dari cara pengolahan, manajemen, pemasaran dan lainnya.


Dengan cara ini, kelompok tersebut tetap eksis dalam memproduksi tepung ikan.
"Ini harus dilakukan DKP Agam, karena tanpa pembinaan maka kelompok tidak akan berjalan dengan baik," sebutnya. (ant/azw)