Basri, Si Kaki Tangan Santoso Ditangkap

Basri, Si Kaki Tangan Santoso Ditangkap

JAKARTA (RIAUMANDIRI.co)-Satu per satu anak buah mendiang Santoso, -pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur-, yang masih tersisa, kembali diamankan tim Satgas Tinombala gabungan TNI dan Polri.


Pada Rabu (14/9) pagi kemarin, tim mengamankan Mohammad Basri bin Baco Sampe alias Ayas alias Bagong alias Opa. Selama ini, ia dikenal sebagai tangan kanan Santoso.


Penangkapan bermula ketika pada pukul 09.15 WITA, seorang warga bernama Arli (24) yang bekerja sebagai sopir dum truk, berniat mengambil material pasir dan batu di Sungai Puna, Tangkura, Poso Pesisir Selatan, Poso, Sulawesi Tengah. "Ketika itu ia melihat sesosok mayat berada di tengah sungai tersangkut di tumpukan bebatuan," ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Hari Suprapto.



Selanjutnya, sekitar pukul 09.18 WITA, seorang warga Tangkura bernama Papa Pendi, menghubungi Kanit Reskrim Polsek Poso Pesisir Selatan, Bripka Firdaus untuk melaporkan penemuan jenazah tersebut.


Berdasarkan informasi itu, Dansektor III Satgas Tinombala AKBP Guruh bersama anggota menuju Sungai Puna untuk melakukan evakuasi. "Jenazah mengenakan kaus warna biru dan rompi berisi bom lontong," kata Hari.


Satgas Tinombala kemudian mengevakuasi jenazah yang kemudian diketahui sebagai Andika Eka Putra alias Andika alias Hilal itu. Saat evakuasi itulah seorang warga yang melihat ada tiga orang tak dikenal berada di Sungai Puna.


"Satgas pun mengejar dan tertangkaplah Basri. Istri Basri yang berada di tengah sungai juga berhasil diamankan," papar Hari.
Pukul 09.55 WITA Basri dan jenazah Andika dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu. Istri Basri, Nurmi Usman alias Oma juga dibawa ke Palu dengan mobil terpisah.


Sementara itu, Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Rudy Sufahriadi, mengatakan, Andika tewas karena terseret arus Sungai Puna. Ia tewas setelah kepalanya terbentur batu di sungai itu.


"Tidak ada luka tembak, yang meninggal itu luka, terseret air dan terkena benturan di sungai," terangnya di Mabes Polri, Rabu kemarin.
Saat itu, kata Rudy, Andika bersama Basri, Nurmi Usman alias Oma (istri Basri) dan seorang tak dikenal tengah berusaha menyeberang Sungai Puna. Sayang saat itu arus sungai begitu deras sehingga Andika hanyut.


Tak hanya Andika, Basri dan istrinya serta seorang tak dikenal beserta senjata mereka ikut hanyut.
"Airnya deras pas dia nyeberang akhirnya hanyut. Andika duluan yang hilang, akhirnya bertiga hilang semua, senjata juga hilang termasuk Basri hanyut tapi dia bisa ke pinggir yang lain," papar Rudy.


Penangkapan itu juga mendapat apresiasi dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Ia menegaskan kekuatan kelompok Santoso sudah semakin melemah. Setelah Santoso tewas, kemudian Basri ditangkap hidup kini tinggal Ali Kalora sebagai pentolannya.


Menurut dia, Ali Kalora kemampuannya belum sebanding dengan Basri dan Santoso. "Ali Kalora jauh di bawah kelasnya Santoso dan Basri," imbuh Tito. (dtc/sis)