Bank Sulit Memacu Kredit di Semester I

Bank Sulit Memacu Kredit di Semester I

JAKARTA (HR)- Baki kredit perbankan diprediksi belum bisa menggemuk di sepanjang semester I tahun ini. Sebab, pertumbuhan ekonomi terus lesu. Ekonomi Tanah Air hanya tumbuh 5,02 persen di akhir tahun lalu, lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 5,1 persen.

Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan, penyaluran kredit sangat bergantung terhadap pertumbuhan ekonomi, meski likuiditas melonggar. Menurut dia, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen-5,8 persen di tahun ini, kucuran kredit di semester I-2015 berpotensi naik.

Tapi, laju pertumbuhan ekonomi yang masih tertatih-tatih masih menyulitkan bank memacu kredit. Proyeksi BI, kredit hanya tumbuh 14 persen. Angka ini di bawah batas bawah proyeksi kredit BI yang mematok pertumbuhan sebesar 15 persen-17 persen pada tahun ini.

"Ekspansi pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur akan membantu permintaan kredit," kata Halim, akhir pekan lalu. Menurut dia, penolong permintaan kredit datang segmen kredit modal kerja (KMK).

Senada, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI, menambahkan, ada tiga faktor pendorong pertumbuhan kredit. Yakni, suku bunga, likuiditas dan prospek bisnis.

Perry bilang, likuiditas yang melonggar belum diikuti penurunan suku bunga kredit. Ia menilai, pertumbuhan kredit mulai membaik di kuartal II. Kemudian melaju kencang di kuartal III dan IV.

Nada pesimistis juga disampaikan bankir. Gatot M, Suwondo, Direktur Utama Bank BNI menilai, secara musiman kredit perbankan tidak akan melaju kencang di semester I-2015. Nah, jika pertumbuhan ekonomi membaik, penyaluran kredit akan tumbuh kencang di semester II-2015. "Kami memproyeksikan kredit tumbuh 14 persen-16 persen pada tahun 2015," tutur Gatot.

Di bawah target
A. Prasetyantoko, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) memperkirakan, aliran kredit belum akan mengucur deras pada enam bulan pertama tahun ini. Hitungan dia, gelontoran kredit hanya mampu tumbuh 11 persen di kuartal I-2015, karena pertumbuhan ekonomi bakal lebih rendah dari target 5 persen.

Andai pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi pada kuartal II hingga kuartal IV 2015, kredit bisa naik 17 persen. Tapi, "Jika pertumbuhan ekonomi 5,3 persen-5,5 persen, kredit hanya akan tumbuh di bawah 15 persen," kata Prasetyantoko.

Informasi saja, berdasarkan laporan uang beredar BI yang terbit Februari 2015, pertumbuhan kredit perbankan hanya 11,4 persen atau senilai Rp3.702,2 triliun per Desember 2014. Pencapaian ini melambat dibandingkan posisi pertumbuhan kredit sebesar 11,7 persen per November 2014. Angka ini jauh dari proyeksi regulator perbankan yang mematok pertumbu han kredit di rentang 15 persen-17 persen. Tahun 2013, kredit tumbuh 21,4 persen.(kon/ara)