Laut Tercemar, Tangkapan Nelayan Bekurang

Laut Tercemar, Tangkapan Nelayan Bekurang

DUMAI(riauamndiri.co)-Kondisi laut Dumai yang tercemar, dipicu makin banyaknya pabrik beroperasi di sekitar bibir pantai, menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan nelayan.

Abdul Hadi, seorang nelayan menyebutkan, persediaan ikan di perairan Dumai sudah sulit dicari. Nelayan terpaksa melaut hingga ke beberapa pulau terdekat untuk mencari ikan tangkapan dan udang.

 "Kami terpaksa melaut ke pulau-pulau jauh berjarak tempuh hingga enam jam perjalanan, karena ikan di perairan Dumai tidak ada lagi sejak banyak pabrik industri di tepi laut," kata Abdul Hadi, di Kampung Nelayan, Kecamatan Dumai Barat, Dumai, kemarin.

 Kehadiran sejumlah perusahaan industri ini dianggap tidak membawa manfaat bagi nelayan, karena selain sulit mencari ikan tangkapan, juga tidak ada perhatian membantu hidup masyarakat tempatan.

Menurut dia, keluhan nelayan kepada pemerintah dan perusahaan sejauh ini tidak digubris, baik persoalan pencemaran lingkungan oleh perusahaan maupun usulan agar diberi bantuan alat tangkap ikan.

 Nelayan lain, Yakin menambahkan, saat melaut ke perairan terdekat, kerap melihat kondisi air laut di sekitar pabrik di Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai, berwarna keruh berlumpur dan berbau busuk menyengat.

Sebelum pabrik industri beroperasi di sepanjang pantai Dumai, para nelayan mudah sekali mendapatkan beraneka jenis ikan di perairan dekat, seperti tenggiri, talang, kakap, biang dan udang serta ikan laut lainnya.

 "Ikan sudah habis di dekat sini. Kalau mau melaut ke pulau, kita harus ada modal Rp3 juta untuk bekal makan minum seminggu dan bahan bakar. Hasilnya paling bisa untung hanya Rp300.000," jelasnya.

Derita nelayan dirasakan makin lengkap karena untuk menjaga ikan tangkapan tetap segar terpaksa membeli balok es ke perusahaan swasta, akibat hanya satu dari tiga pabrik balok es produksi Dinas Perikanan setempat yang beroperasi.

Diketahui juga bahwa perusahaan di Kawasan Lubuk Gaung Dumai selama bertahun tahun telah membagikan limbah bahan berbahaya beracun (B3) sisa produksi pengolahan minyak kelapa sawit dalam bentuk tanah timbun dan batako kepada masyarakat.

Sejumlah perusahaan yang beroperasi di kawasan industri di kecamatan pinggiran Dumai tersebut, diantaranya, PT Inti Benua Perkasatama, PT Sari Dumai Sejati, PT Ivo Mas, PT Semen Padang dan lain lain. (zul)