In Memoriam Hj Djaninar, Ibunda H Basrizal Koto

“Ke Mana Pun Saya Merantau, Amak Tetap Saya Bawa”

“Ke Mana Pun Saya Merantau, Amak Tetap Saya Bawa”

Kabar (riaumandiri.co)-duka kembali datang dari keluarga besar Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang Riau, H Basrizal Koto. Sang ibunda tercinta, Hj Djaninar, menghembuskan nafas terakhirnya, Senin (21/3) sekira pukul 07.10 WIB.

Beberapa saat sebelum wafat, almarhumah sempat dibawa ke Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center. Meski demikian, Allah SWT berkehendak lain. Almarhumah akhirnya dipanggil ke hariban-Nya dengan tenang di usia 78 tahun.  
   
Kepergian Amak, demikian almarhumah akrab disapa keluarga besar H Basrizal Koto hingga karyawan Basko Group, membuat banyak pihak tersentak.

Ke ManaApalagi, kepergian sang ibunda yang Ke Manabersahaja itu hanya berjarak 54 hari setelah wafatnya Hj Mukhniarti, istri H Basrizal Koto.

Bagi Basrizal Koto, kepergian sang ibunda tentu saja membuat dirinya merasa sangat bersedih. Sudah menjadi rahasia umum, rasa sayang Basko, demikian ia akrab disapa, kepada sosok Amak, memang tak ada batasnya. Meski didera rasa sedih yang mendalam, namun Basko mengatakan dirinya ikhlas atas kepergian Amak, karena itu merupakan kehendak Allah SWT Yang Maha Kuasa.

"Inna lillahi wainna ilaihirajiun. telah berpulang ke rahmahtullah ibunda kami tercinta. Hanya berjarak 54 hari, setelah kepergian ibu Eti Basko, kini kami kembali berduka. Beliau adalah sosok orangtua yang saya hormati dan saya sayangi. Makanya ke mana pun saya merantau, beliau selalu saya bawa," ujar Basko meneteskan air mata.

Dituturkan Basko, pada hari Minggu, atau sehari sebelum wafatnya Amak, dirinya berjumpa dengan almarhumah dan sempat berkomunikasi melepas kerinduan.
"Ketika hari Minggu kemarin saya jumpa beliau, dan seperti biasa saya selalu memberikan beliau belanja. Tetapi ada sedikit ganjalan dengan ucapan beliau yang selalu terngiang di telinga saya. Ia mengatakan "Untuk apa uang ini Bas, uang amak sudah banyak dari yang dikasih kemarin. Sudah lah tu," ujar Basko menirukan ucapan sang ibunda.

Sebelumnya, lanjut Basko, Amak tidak pernah mengeluhkan rasa sakit. Karena jika beliau sakit, ia selalu diberitahu dan ia pun segera pulang. "Namun ketika mendapatkan kabar pagi tadi (kemarin, red), saya sangat kaget. Beliau adalah sosok yang amanah dan penyayang dengan seluruh anak-anaknya," tutur Basko.

Bangun Masjid
Basko juga menuturkan, di akhir hayatnya, sang ibunda sempat berpesan untuk dikebumikan di tanah yang telah diwakafkannya untuk dibangun masjid. Yakni Masjid Arafah yang berada di Jalan Taman Karya, Tarai Bangun, Kampar.

"Jadi saya baru tahu terakhir ini, ketika saya disuruh menandatangani wakaf tanah. Ternyata selama ini, uang yang diberikan kepadanya selalu dikumpulkannya untuk pembangunan masjid di tanah yang dibelinya tersebut, makanya beliau meminta untuk dikebumikan di sana. Karena ini amanah, permintaan itu kita ikuti," paparnya.


Proses pemakaman Amak berjalan lancar. Setelah dimandikan dan dikafani di rumah duka di Jalan Damai Nomor 7 A, Kelurahan Cinta Damai, Kecamatan Bukitraya, Pekanbaru, jenazah kemudian disalatkan di Masjid Darul Hikmah yang lokasinya berdekatan dengan rumah duka.

Seluruh pihak keluarga, kerabat handai taulan, masyarakat hingga karyawan Haluan Group, bersama-sama mengikuti salat jenazah hingga kemudian berlanjut ke proses pemakaman di Masjid Arafah.

Semua anak, menantu, hingga cucu dan cicit, ikut serta dalam mengantarkan almarhumah menuju peristirahatannya yang terakhir. H Basrizal Koto langsung turun mendampingi Amak hingga ke liang kuburnya.

Sedangkan pada Senin malam, kegiatan dilanjutkan dengan takziah di rumah duka serta di Masjid Arafah. H Basrizal Koto tampak seksama mengikut setiap bacaan ayat per ayat yang dilantunkan.

Usai pembacaan Yasin, tahtim, tahlil dan doa, acara dilanjutkan dengan tausiyah singkat yang disampaikan ustad DR H Hanafi MA. Dikatakan, takziah tersebut setidaknya mampu menjadi setawar sedingin bagi ahlul bait yang ditinggalkan.

Menurutnya, kematian merupakan awal dari sebuah perjalanan panjang yang akan dijalani setiap umat manusia. "Seorang hamba yang mengalami proses kematian, ibarat seseorang yang berada di tengah laut yang perlu pertolongan. Salah satu dengan pembacaan Yasin, tahtim, tahlil dan doa. Selain berguna buat almarhumah, juga menjadi amal ibadah buat kita semua," ujarnya.

Tidak lupa dalam kesempatan tersebut, Ustad Hanafi atas nama Ahlil Bait menyampaikan permohonan maaf almarhumah kepada tetangga dan jamaah Mesjid Darul Hikmah."Bersediakah Bapak dan Ibu memaafkan almarhumah," tanya ustad Hanafi.
"Bersedia," begitu jawaban lantang pentakziah.

Usai takziah yang digelar masyarakat, takziah juga dilakukan oleh karib kerabat, keluarga besar H Basrizal Koto, dengan pembacaan Yasin, Tahtim, Tahlil, dan Doa, yang dipimpin oleh DR H Hanafi MA.
Dalam takziah malam pertama tersebut, terlihat anggota MPR/DPR RI Daerah Pemilihan Riau, Nurzahedy Tanjung, mantan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Musllm Kasim, Tokoh Masyarakat Riau, Azlaini Agus, Sekjen Ikatan Saudagar Minang Seluruh Indonesia, H Firdaus AB, dan Ketua Persatuan Keluarga Daerah Pariaman Riau, Herman Nazar, dan segenap undangan lainnya.

Sosok Bersahaja Hj Djaninar lahir pada tanggal 23 Januari 1938. Hingga akhir hayatnya, almarhumah genap berusia 78 tahun. Di mata banyak orang, Amak dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan penyayang. Karena sikap hidupnya yang bersahaja itu, sosok Amak pun sering jadi panutan bagi semua pihak.

Seperti dituturkan mantan Sekjen Ikatan Keluarga Minang Riau, H Iqbal Ali, semasa hidupnya, Amak banyak memberikan petuah dan ilmu kepada anak-anaknya. Karena itu, adalah sesuatu yang wajar jika Amak menjadi panutan banyak pihak, khususnya bagi H Basrizal Koto.

"Dengan kesuksesannya sebagai pengusaha, beliau sangat santun terhadap orangtua. Meski kesibukannya yang banyak, namun beliau tetap menyisihkan waktu untuk sang ibunda, dan itu adalah sikap yang sangat patut dicontoh," ujar Iqbal.

Pihaknya juga ikut merasakan dua yang dialami keluarga besar H Basrizal Koto. "Namun begitu, dengan kepergian sang ibunda, kita bisa mengambil hikmah dan keluarga yang ditinggalkan kita doakan bisa sabar," ujarnya.

Sementara di mata warga di sekitar kediamannya, sosok Amak juga dikenal sebagai wanita yang bersahaja, baik, dan tidak pernah menyinggung perasaan tetangga dan handai taulan.

Demikian diungkapkan Ustad Tengku Marizon, Imam Masjid Darul Hikmah. "Almarhumah, bagus. Baik. Dia tidak ada menyinggung orang," ujarnya, usai memimpin takziah di rumah duka. (nie, dod, mg1).