KEMARAU BERKEPANJANGAN

Warga Beting Alami Krisis Air Bersih

Warga Beting Alami Krisis Air Bersih

BETING (riaumandiri.co)- Ratusan KK warga  Desa Beting Kecamatan  Rangsang Pesisir sepanjang masa senantiasa mengalami kekurangan air bersih. Kemarau sebentar saja seluruh warga desa akan kehabisan persediaan air. Apalagi kemarau panjang seperti saat ini, semakin menyulitkan.

"Krisis air yang dialami masyarakat, tidak hanya sebatas untuk kebutuhan air minum saja, melainkan juga untuk kebutuhan mandi dan cuci,”aku Birong warga Dusun 1  Desa Beting, kepada Haluan Riau Selasa kemarin.

Birong menyebutkan, saat ini warga sudah semakin jauh mencari sumber air tawar yang masih tersisa di pedalaman pulau tersebut. Untuk saat ini warga harus berjalan kaki sejauh 2 Km untuk mendapatkan air rada payau dari tanah itu.

Dan semakin lama musim kemarau, maka air dalam tanahpun akan mengering. Untuk itu masyarakat Desa Beting sangat berharap kepada pemerintah agar dapat membangun fasilitas air bersih.
Ada baiknya membangun bak air yang akan menampung air hujan untuk selanjutnya bisa digunakan masyarakat desa.

Membuat bak penampungan air hujan diyakini lebih mudah dan tidak akan merusak lingkungan. Dibanding dengan sumur bor yang akan mempertinggi masuknya air asin dalam tanah.

Jadi pola pembangunan bak air barangkali menjadi salah satu solusi mengatasi krisis air bersih yang terjadi di berbagai desa di Meranti. Terutama di Desa Beting yang sepanjang tahun umumnya mengalami krisis air bersih.

Dan tanpa bantuan pemerintah itu, maka persoalan air bersih di Desa Beting ini akan terus menjadi sebuah persoalan yang setiap hari muncul,”sebut dia lagi.

Birong menambahkan, Desa Beting berada pada sebuah  pulau kecil di Pulau Rangsang. Dikelilingi oleh hutan bakau. Sehingga desa itu tidak memiliki hutan alam yang luas, sebagaimana yang terdapat di beberapa pulau lainnya di Meranti.

Masyarakat Desa Beting sejauh ini masih mengonsumsi air redang atau air tanah gambut berwarna kemerahan bahkan ada coklat pekat setiap harinya. Dan keberadaan tanah gambut di desa itu juga sangat terbatas.

Lalu ketika musim hujan, masyarakatpun menampungnya melalui tangki air yang terbuat dari bahan plastik itu. Tapi hal itu juga tidak bisa bertahan lama, paling bisa dihemat untuk pemakaian satu bulan bagi satu keluarga kecil.

Musim kemarau berkepanjangan seperti saat ini, jangankan persediaan air hujan, air dalam tanah pun sudah mengering. “Inilah keluhan masyarakat Desa Beting dengan harapan agar bisa diatasi sesegra mungkin,”pinta dia.***