Penyaluran Kredit UMKM Turun 0,74 Persen

BI Perkuat Koordinasi Pengendalian Inflasi

BI Perkuat Koordinasi Pengendalian Inflasi

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Sepanjang tahun 2015 lalu tercatat, penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Riau mengalami penurunan. Ini terlihat pada pada semester ke IV, terjadi penurunan penyaluran kredit yang menyebabkan kontraksi sebesar 0,74 persen.

Adapun faktor menurunnya terlihat pada sub sektor perkebunan kelapa sawit dan juga sub sektor karet yang terkontraksi lebih dalam.

Demikian diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan BI Ismet Inono kepada wartawan, Kamis (25/2) di Kantor BI. Menurutnya, penurunan ini tentunya menjadi tantang bagi perbankan, agar lebih aktif lagi membuat program-program yang bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat atau nasabah.

"Ini terlihat bahwa kinerja perbankan Riau mengalami penurunan di tengah perlambatan ekonomi daerah. Kondisi ini tercermin dari menurunnya pertumbuhan aset dan DPK. Aset terkontraksi sebesar 4,49 persen (yoy) dan DPK terkontraksi sebesar 3,12 persen (yoy),"ujar Ismet.

Dijelaskannya, pada sisi lain, penyaluran kredit justru tercatat meningkat menjadi tumbuh sebesar 8,14 persen (yoy). Meningkatnya kredit diikuti oleh membaiknya kualitas kredit yang disalurkan dengan penurunan NPL dari 4,50 persen menjadi 3,86 persen. Sementara itu, resiko likuiditas perbankan masih terjaga.

Sementara jika di lihat dari sistem pembayaran perbankan pada triwulan IV 2015 lalu, inflow tercatat tumbuh 69,73 persen (yoy). Sementara out flow tumbuh 19,44 persen (yoy). Dengan Transaksi kliring pada triwulan IV tahun 2015 menurun dibandingkan triwulan III dari tumbuh 7,62 persen menjadi kontraks I 12,71 persen (yoy) dengan nilai Rp7,37 triliun. Sementara transaksi BI RTGS tercatat sebesar Rp68,94 triliun.

Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan BI di tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan akan tumbuh melambat pada kisaran 1,2 -2,2 persen (yoy) di Tw I, dengan tendensi kearah batas atas.

"Dengan faktor pendorong pertumbuhan kearah atas adalah perbaikan harga komoditas dunia serta meningkatnya permintaan komoditas baik dari asing maupun domestik," jelasnya.

Oleh sebab itu, dengan dikeluarkannya keputusan BI untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5 persen dan Lending Facility pada level 7,5 persen.

Keputusan ini sejalan dengan pernyataan Bank Indonesia sebelumnya, bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, serta mempertimbangkan pula meredanya ketidakpastian dipasar keuangan global pasca kenaikan Fed FundRate (FFR).

Dengan penurunan ini diharapkan dapat memperkuat pelonggaran kebijakan makro prudensial dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM)yang telah dilakukan sebelumnya.  

"Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,"ujar Ismet.***