15 Terluka Mulai Membaik

Korban Tewas Bom Thamrin Bertambah

Korban Tewas Bom Thamrin Bertambah

JAKARTA (HR)-Korban tewas dalam peristiwa teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin Jakarta, akhirnya bertambah. Setelah sempat menjalani perawatan di RS Abdi Waluyo, Rais Karna (37) akhirnya meninggal dunia.

Saat peristiwa itu terjadi, pria yang bekerja sebagai office boy di Bank Bangkok tersebut, mengalami luka tembak bagian pelipis kepala sebelah kiri, sehingga harus menjalani perawatan intensif. Namun Tuhan berkata lain. Meski sudah menjalani perawatan, nyawa Rais tak bisa diselamatkan. Jenazah Rais sudah dibawa keluarga ke Bojonggede, Bogor, Jawa Barat.

Hal itu dibenarkan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes M Iqbal, dalam pesan singkat yang

Korban
diteruskan petugas media center kasus Bom Sarinah, Riko, Minggu (17/1).

Selain Rais, RS Abdi Waluyo juga menangani korban teror di Thamrin lainnya yakni Aiptu Suhadi, Frank Feulner (WN Jerman), Manfred Stoif (WN Austria), Aldi dan Alfris.

Sebelumnya, sepupu istri Rais, Istiqamah Yusuf (35) menceritakan, Rais saat teror terjadi tengah berada di sekitar Starbucks Sarinah.  Saat itu Rais terkena tembakan ketika mencari sumber bunyi ledakan pertama.

"Dia dengar suara bom meledak terus kan orang-orang pada keluar, dia ikut keluar ngelihat terus ada tembakan membabi buta gitu. Terus dia kena, ketembak di kepala," ujar Istiqamah ketika itu.

Dengan demikian, korban tewas dalam insiden itu bertambah menjadi delapan orang. Polisi memastikan empat orang pelaku teror tewas yakni M Ali, Dian Juni Kurniadi, Ahmad Muhazan dan Afif alias Sunakim. Dua orang warga sipil yang tewas adalah Rico Hermawan dan Amer Quali Tahar. Sedangkan Sugito yang sebelumnya disebut sebagai terduga pelaku, kini masih diselidiki.

15 Orang Membaik
Sementara itu, korban luka dalam insiden itu, tercatat sebanyak 15 orang. Hingga Minggu kemarin, kondisi para tersebut umumnya mulai membaik.

"Yang masih dirawat ada 15 orang, dengan perincian dirawat di RSPAD Gatot Subroto sebanyak 5 orang, RSUD Tarakan 1 orang, RSCM 1 orang, RS Abdi Waluyo 5 orang, dan RS Medika Permata Hijau 1 orang," jelas Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Pol Musyafak.

Lebih lanjut, ia merincinkan korban yang dirawat di RSPAD Gatot Subroto sebanyak tujuh orang, yakni Aiptu Budiono (43), Aiptu Dodi Maryadi (48), Anggun Artikasari (24), Marex (44), Permana (21), Agus Kurnia (35), dan Charrul Islami bin Muhdar (21).

Sedangkan di RSUD Tarakan adalah Brigadir Suminto (40), di RSCM Aiptu Deni M (49). Sedangkan di RS Abdi Waluyo, korban yang masih dirawat sebanyak lima orang. Yakni Aiptu Suhadi, Frank Feulner (44) WN Jerman, Manfred Stoif (40) Austria, Aldi (17) dan Alfris (30). Terakhir satu korban dirawt di RS Medika Permata Hijau yakni Dwi Siti Ramdani (33).

Tak Ada Yang Lolos
Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan, menegaskan tak ada terduga pelaku teroris bom Thamrin yang melarikan diri dengan kendaraan roda dua. Dijelaskannya, dalam aksi terorisme, sangat jarang pelaku menggunakan kendaraan pribadi untuk melarikan diri. Mengacu beberapa kejadian seperti bom di Kedubes Australia pada 2004 lalu yang saat itu pelaku meledakkan diri bersama kendaraannya.

"Teroris itu biasanya menggunakan kendaraan umum seperti taksi. Karena biar mereka tak meninggalkan jejak. Kalau kendaraan pribadi, mereka bersiap untuk meledakkan diri seperti Kedutaan Australia, terus JW Marriot," katanya.

Lanjutnya, dia meminta agar masyarakat yakin terhadap polisi. Dia menerangkan upaya kepolisian dalam mengendalikan peristiwa teror patut dihargai.

Keberanian perwira menengah polisi untuk berjibaku langsung dengan pelaku teror dan kemudian menembaknya dianggap suatu prestasi.

"Dalam waktu dua menit setelah pemboman, polisi sudah datang. Dalam waktu 11 menit, polisi sudah bisa lumpuhkan pelaku. Ini prestasi, belum ada di dunia, melumpuhkan dalam waktu 11 menit," katanya.

Menurutnya, contoh seperti ini hanya di Indonesia. Keberanian sikap dari pimpinan diperlihatkan dalam pengamanan bom Thamrin.

"Coba cari di dunia, jenderal, perwira turun, hanya di Indonesia. Ini pamen maju. Ini tandanya bangsa Indonesia cukup berani. Kalau negara lain, Jenderal, Kombes, kolonel itu di belakang meja saja," sebutnya. (bbs, dtc, ral, sis)