Sempena Peringatan Hari Ibu ke-87 Tahun 2015

Ibu, Jasamu Tiada Tara

Ibu, Jasamu Tiada Tara

Akhirnya bulir bening itu keluar juga dari sepasang matanya yang kian cekung hingga mengalir membasahi pipinya yang sudah keriput, pertanda usianya tak lagi muda.

Begitu pula, rambut putih yang mulai bertaburan di kepalanya, namun semangat hidup sosok perempuan lebih dari setengah abad ini tak akan memudar di telan waktu.
Adalah, Mak Itam, baru saja air matanya menganak sungai. Dan jarang-jarang ia menangis. Entah itu tangisan pilu atau haru. Hanya Mak Itam dan Rinda, anaknya yang tahu arti bulir kristal itu.

Rinda, remaja putri asal Pelalawan inilah yang membuat Mak Itam mengeluarkan bulir bening itu. Tak dinyana, di Hari Ibu, Selasa (22/12), sang anak berikan kado special untuk orang yang telah melahirkan, meninabobokkannya hingga menyulapnya menjadi orang seperti sekarang ini.

"Ini hanya sebuah momen peringatan hari ibu. Makanya, di momen ini saya sebagai anak yang telah dibesarkan hingga cita-cita tercapai berkat perjuangan emak, saya persembahkan kado special ini untuk emak," ujar Rinda, agak haru.

Kado untaian kalung bersepuh emas serta berlambang hati berbentuk Love ini, sengaja ia persembahkan buat emak, persis di hari ibu. Meski ia tahu, sang emak tidak mengharapkan materi apa pun, tapi ia ingin membuat emak bahagia, terlebih di usia senja.

Kasih dan sayang emak, hingga sampai kapan pun tak pernah lunas terbayar. Ditengah keterbatasan emak, kadang terseok hingga berujung demam, ia tak pernah mengeluh dan tetap terbungkuk berjuang.

Demi cita-cita, kelak sang buah hatinya bisa menjadi orang dan berguna untuk masa depannya. Rasa letih emak pun terobati, ketiga buah hatinya kini telah mengenyam pendidikan hingga menyandang titel.

"Saat si bungsu berusia dua tahun, Sang Khalik berkehendak lain. Suami meninggal akibat sakit yang di idapnya. Maka, tanggung jawab berat itu berada di pundak saya, dan saya telah berniat seburuk apapun kondisinya, segetir apapun nasib yang mendera, meski hidup susah, anak-anak harus sekolah hingga selesai kuliah.

Jadi, saya tak hiraukan, meski kadang demam puyuh menghinggapi tubuh renta ini. Rasa letih ini terobati, melihat anak-anak selesai kuliah dan sudah bekerja. Itu kebahagiaan yang tiada tara bagiku," ungkap Mak Itam, masih memilukan hati.

Rinda pun, tak kuasa membendung kristal bening itu. Akhirnya, tangisnya pun tersedu di pangkuan emaknya. Seorang Rinda dan kedua adiknya amat beruntung, memiliki sosok wanita tangguh? yang telah memberikan mereka arti sebuah kehidupan.

Meski, tak ada tulang punggung kokoh, ayahnya sebagai pencari nafkah, ternyata emak mampu melakoni profesi itu, walau terbirit mungkin. Kini, di usia emak yang nyaris menginjak angka di atas setengah abad ini, berharap kepada Illahi agar senantiasa diberikan kesehatan hingga kebahagiaan. ***