23-25 November di Bintan, Batam

BI Gelar Pelatihan Wartawan se-Sumbagteng

BI Gelar Pelatihan Wartawan se-Sumbagteng
BINTAN (HR)- Puluhan jurnalis dari berbagai media se Sumbagteng, yang terdiri dari empat provinsi yakni Riau, Jambi, Sumbar  dan Kepri mengikuti pelatihan jurnalis yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Pelatihan diselenggarakan sejak 23-25 November, di Bintan Batam.
 
Pelatihan dibuka langsung Asisten Direktur Departemen Komunikasi Divisi Relasi Massa Bank Indonesia Arditya Dinar Fiskiawan, hadir pula dalam acara tersebut sebagai narasumber Pimpinan Redaksi Warta Ekonomi M Ihsan, dengan tema cara penulisan berita ekonomi dan keuangan, serta Direktur Pengolahan Uang Bank Indonesia yang memaparkan kewajiban penggunaan rupiah di wilayah NKRI.
 
Pelatihan se Sumbagteng ini, diawali dengan makan malam bersama. Dalam sambutannya Arditya mengatakan, kegiatan kehumasan di BI ini baru dimulai tahun 2002 hingga sekarang." Dengan waktu penyelenggaraan dilakukan per wilayah saat ini di wilayah Sumatera bagian Tengah," ujarnya.
Disebutkan Arditya apa yg dilakukan BI.
 
Selama ini tidak akan berarti tanpa media, karena seluruh informasi akan bisa sampai ke masyarakat karena media."Diharapkan media mendapat input dari pelatihan ini," tandasnya.
 
Sementara itu, Muhammad Ihsan mengatakan di era jurnalis saat ini sudah banyak perubahan dari sebelumnya, karena saat ini sosial media (sosmed) menjadi tempat berbagi informasi yang menguasai lingkungan saat ini.
 
"Era internet ternyata merubah tatanan jurnalistik, apalagi saat ini media sosial sudah menguasai kehidupan kita," ujarnya.
Namun ada titik lemah era ini, karena banyak berita tanpa konfirmasi. Sehingga cukup banyak yang mempengaruhi jurnalis sebagai media.
 
Lebih dalam ia membahas cara menulis berita ekonomi memang sulit, tipsnya jangan takut kepada angka-angka. Hanya masalahnya berita ekonomi tidak selamanya menarik jika penyajiannya tidak seksi.
 
"Namun ada hal yang harus terpenuhi untuk karakteristik berita ekonomi bisnis ada beberapa, antaranya, fakta harus lebih terukur, presisi data sangat penting, nara sumber yang otoritatif. Buat angka itu menjadi alat komunikasi dan sebagainya," sebut dia.
 
Selain itu, dalam pelatihan tersebut juga memaparkan terkait dengan kewajiban masyarakat Indonesia dalam penggunaan rupiah di wilayah NKRI yang disampaikan Hermowo Koentoadji. Acara diakhiri dengan silahturahmi yang diiringi makan malam bersama.(nie)