Yusuf Widiyanto, Juara Dunia Wushu Sanda

Pria Pertama Indonesia

Pria Pertama Indonesia

Jakarta(HR) - Atlet asal Jawa Tengah, Yusuf Widiyanto, menjadi atlet putra pertama Indonesia yang berhasil meraih medali emas disiplin sanda dalam kejuaraan dunia wushu. Dia meraihnya setelah mengalahkan atlet Vietnam, Van Bau To, dalam babak final kelas 56 kilogram di Istora Gelora Bung Karno, Rabu (18/11).

“Itu berkat hasil kerja keras saya,” kata Yusuf saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (19/11). Dia pun menuturkan pengalamannya mempersiapkan diri untuk menghadapi Kejuaraan Dunia Wushu ke-13 yang berlangsung di Jakarta itu.  

Yusuf menjalani pemusatan latihan nasional mulai 22 Oktober hingga 10 November di Medan. Latihan terberat yang harus dijalani adalah latihan teknik yang harus dijalani setiap Selasa dan Jumat pada pagi dan sore.

Masing-masing sesi berdurasi dua jam. Sepuluh menit pertama, Yusuf akan mencoba-coba-coba jurus dengan lawannya—mulai dari pukulan, beralih ke tendangan, lalu ke bantingan.

 Kemudian, setelah itu, dia akan sparring penuh selama dua menit—sesuai dengan waktu pertandingan. Dalam kesempatan sparring itu, Yusuf bisa mempraktikkan kombinasi teknik-teknik yang telah dipelajari—pukulan, tendangan, dan bantingan. Sesi latihan teknik itu juga diisi dengan pad drilling.

“Paling berat memang latihan teknik—sangat menguras tenaga. Sebab, saya bukan hanya mengeluarkan tenaga untuk menendang dan memukul, tapi juga kena pukulan,” tutur Yusuf. “Tapi dengan latihan keras seperti itu, stamina saya jadi meningkat sehingga terbukti: saya lebih bugar ketimbang lawan di final.”

Di babak final melawan petarung Vietnam itu, Yusuf memang berhasil membalikkan keadaan. Dia kalah di ronde pertama dan hampir kalah di ronde kedua. Namun, di enam detik terakhir ronde kedua, Yusuf berhasil mencuri banyak poin. Di ronde penentuan, lawannya sudah terlihat sangat lelah dan Yusuf akhirnya menang telak.
 
Selain latihan teknik yang dijalani dengan sparring dan pad drilling, Yusuf juga harus menjalani latihan fisik dan angkat beban.

Latihan fisik dijalani setiap Rabu dan Sabtu sore. Yusuf diminta berlari selama satu jam. Dalam satu jam itu, dia harus menyelesaikan tiga set lari 800 meter dan lima set lari 400 meter.

Jarak-jarak itu ditempuh dengan target waktu. Untuk jarak 800 meter, Yusuf harus menyelesaikannya dalam waktu tiga menit. Sedangkan untuk lari jarak 400 meter, dia harus menyelesaikannya dalam waktu 1 menit 15 detik.

Adapun latihan beban, tutur Yusuf, dilaksanakan pada Rabu dan Sabtu pagi. Tiga menu latihan yang harus ia lahap adalah squat, bench press, dan putaran pinggang. Untuk squat, Yusuf pernah harus mengangkat beban hingga 120 kilogram dan melakukannya dalam enam set. Satu set terdiri dari delapan kali angkatan.

Yusuf bertutur, dia pernah merasa jenuh dan letih selama berada dalam pemusatan latihan itu. “Tapi karena ini adalah kejuaraan dunia yang diadakan di Indonesia, motivasi saya terus ada,” kata dia. “Biasanya merasa capek hanya saat akan menjalani latihan keras. Begitu keluar keringat, lupa.”

Yusuf pun menyumbangkan satu dari tujuh medali emas yang diraih tim Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Wushu ke-13. Dengan hasil 7 emas, 3 perak, dan 6 perunggu,Indonesia berada di peringkat dua daftar perolehan medali—tepat di bawah Cina, negara di mana wushu berasal.

Ini adalah peningkatan siginifikan. Di Kejuaraan Dunia dua tahun lalu di Kuala Lumpur, Indonesia hanya berada di peringkat 11 dengan 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu.(tc/esi)