ramah tamah jelang mubes iv

Basko: IKMR Utamakan Musyawarah dan Mufakat

Basko: IKMR Utamakan Musyawarah dan Mufakat

PEKANBARU (HR)-Menjelang dibukanya Musyawarah Besar (Mubes) IV Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) pada pagi hari ini (Minggu, red), Panitia Pelaksana menggelar acara ramah tamah dan silaturahmi dengan seluruh peserta Mubes IV di Ball Room Hotel Pangeran, Pekanbaru, Sabtu (14/11) malam.

Hadir pada acara tadi malam, Calon Gubernur Sumatera Barat Nomor Urut 1 Muslim Kasim, Ketua Umum IKMR Provinsi Riau Basrizal Koto, Sekretaris Umum IKMR Marjoni Hendri, Sekretaris Dewan Pembina IKMR Iqbal Ali, Ketua Tim Pemenangan MK-Fauzi, Syamsu Rahim dan lebih dari 500 peserta Mubes.

Ketua Umum IKMR Riau H Basrizal Koto di awal sambutannya menjelaskan sejarah berdirinya IKMR Provinsi Riau. IKMR, kata Basko, demikian ia akrab disapa, berdiri untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Minang Riau yang dulunya malu mengaku orang Riau bersuku Minang. Awalnya, organisasi IKMR yang berdiri tahun 2000 ini bernama IKSB (Ikatan Keluarga Sumatera Barat) dan setelah dimusyawarahkan berganti nama menjadi IKMR.

"Periode pertama itu sangat berat dan kita sudah berhasil urang awak Minang Riau sudah mulai tampil berani banyak menjadi PNS, anggota DPR. Kita juga sudah ikut memperjuangkan CPP Blok dan Jembatan Siak," terang Basko.

Dilanjutkannya, saat ini IKMR sudah berhasil mengangkat harkat dan martabat orang Minang Riau. "Bahkan empat orang yang menjadi anggota DPR RI merupakan warga Riau bersuku Minang. IKMR juga berhasil menjadikan orang IKMR menjadi anggota dewan pada kabupaten/kota di Riau," terangnya.

Dilanjutkannya, semakin aktif dan besarnya organisasi IKMR juga sudah terlihat dari pengurus IKMR yang saat ini sudah ada 52 pengurus. "Kabupaten/kota saja hanya 12. Kita IKMR sudah memiliki 52 pengurus dan organisasi sayap, di antaranya IWMR, IPMR dan Imami," terang Basko.

Namun yang lebih penting, tegas Basko, ke depannya, dalam setiap Mubes atau pemilihan ketua baru IKMR baik provinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan, harus dilakukan dengan azas musyawarah dan mufakat. "Musyawarah mufakat merupakan falsafah orang Minang yang sangat tepat kita terapkan ke depannya. Dengan musyawarah dan mufakat, segala sesuatunya akan berjalan dengan kondusif tanpa ada perpecahan. Jika pengambilan keputusan melalui voting, akan membawa organisasi ini ke arah perpecahan. Yang selalu ada itu siap menang, tapi banyak yang tidak siap kalah. Makanya saya minta saudara-saudara di IKMR daerah agar menerapkan sistem musyawarah dan mufakat," jelas Basko yang disambut tepuk tangan seluruh peserta Mubes.

Dalam kesempatan itu, Ketua Tim Pemenangan MK-Fauzi, Syamsu Rahim diberikan kesempatan menjelaskan kondisi Sumatera Barat dan visi dan misi MK-Fauzi.

Disebutkannya, kondisi Sumatera Barat saat ini menurun dalam segala bidang dalam beberapa tahun terakhir.
"Nilai adat tidak lagi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan perhatian pemerintah provinsi kurang terhadap adat dan agama," terangnya.

Karena itu, kata Syamsu, Sumatera Barat membutuhkan pemimpin yang dapat mengembalikan adat dan agama sebagai fundamental. "MK-Fauzi berkomitmen untuk memperhatikan lembaga adat, lembaga agama. Karena itu, Saya mendukungnya atas komitmennya. Kita membutuhkan pemimpin yang benar-benar memiliki komitmen dan mau mendengarkan. MK-Fauzi pemimpin yang komitmen terhadap itu dan mendengarkan masukan," papar Syamsu.

Hal senada disampaikan Muslim Kasim. Ia menerangkan, Minangkabau saat ini merosot dalam segala bidang dibandingkan daerah lainnya.

Ia juga menjelaskan, alasan kenapa dirinya maju menjadi calon gubernur tersebut ingin mengembalikan kejayaan Sumatera Barat seperti ketika dipimpin Azwar Anas dan Hasan Basri Durin, di mana Sumbar menempati peringkat tiga-empat nasional.

"Di bidang pemerintahan sekarang menempati posisi 25 nasional. Dulu di peringkat 3 dan 4 nasional ketika gubernurnya Azwar Anas dan Hasan Basri Durin," beber Muslim.

Muslim dipercaya maju oleh tokoh-tokoh Minang di tingkat nasional, Azwar Anas dan Fahmi Idris dan tokoh-tokoh partai politik, alim ulama dan tokoh adat.

Alasan tokoh-tokoh itu mendukung mereka, dalam lima tahun, Sumbar tidak ada kemajuan, baik dalam penguatan agama adat semuanya terjadi kemunduran.

"Jadi, inilah tugas kami mengembalikan atau 'mambangkik batang tarandam' mengemblikan agama sebagai benteng kekuatan akidah umat. Mendudukan kembali fungsi keagamaan dan adat. Kemudian, memberikan peran yang lebih besar kepada ninik mamak yang saat ini tidak diberikan peran," pungkas Muslim. (rud)