Hutan Lindung Kerumutan Masih Membara

Status Darurat Asap Distop

Status Darurat Asap Distop

PEKANBARU (HR)-Pemprov Riau berencana untuk tidak memperpanjang status darurat pencemaran udara akibat asap, yang akan berakhir pada 1 November 2015. Kebijakan itu diambil dari berbagai masukan.

Di antaranya rekomendasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru dan perkembangan kualitas udara dalam tiga hari terakhir. Di mana kabut asap terus berkurang signifikan, menyusul turunnya hujan di banyak wilayah di Bumi Lancang Kuning.
"Pantauan dalam tiga hari terakhir menunjukkan, kualitas udara di Riau secara umum berkisar antara 60-100 PM10, maka kita berencana tak akan memperpanjang lagi status darurat pencemaran udara," ungkap Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau, Yulwiriati Moesa, Jumat (30/10).
Lebih lanjut ia menerangkan, sesuai standar baku penetapan status darurat pencemaran udara tersebut, kualitas udara harus berada di atas angka 300 PM10. Sementara dari data yang


Status
dimiliki BLH Riau dalam seminggu terakhir, menunjukkan peningkatan kualitas udara yang signifikan.

"Selain berpedoman pada standar PP tersebut, rekomendasi dari BMKG juga menjadi salah satu pertimbangan penting bagi kami. Diperkirakan dalam beberapa minggu ke depan, hujan dengan intesitas rendah akan terus mengguyur Riau," tambahnya.

Sebelumnya, BMKG Pekanbaru memperkirakan hujan dengan intesitas ringan akan terus terjadi di wilayah Riau, pada akhir Oktober hingga Desember 2015. Menurut Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin, bahwa peluang hujan ini akan membentengi Riau dari asap kiriman.

"Hujan diperkirakan bakal turun hingga Desember mendatang, meski dengan intensitas rendah, namun hal ini akan membentengi Riau dari asap kiriman dari provinsi tetangga," ungkap Sugarin.

Selain hujan yang akan turun, perubahan pola angin dari selatan-tenggara ke utara menjadi dari barat ke timur, juga akan membuat asap dari kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumetera Selatan dan Jambi, tidak akan terbawa lagi ke Riau.

"Memang ada perubahan pola angin, saat ini angin bergerak dari barat ke timur. Maka, seandainya terjadi kebakaran lahan di Sumsel dan Jambi, asapnya tak akan bergerak ke Riau lagi," jelasnya.

Bahkan, Sugarin menegaskan bahwa meski pengaruh El Nino masih dirasakan di wilayah selatan Sumatera hingga akhir November ini, namun dengan pola arah angin akan membuat Riau sedikit aman.

Pencegahan
Seiring dengan perkembangan situasi terakhir ini, Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menginstruksi seluruh jajarannya untuk fokus pada langkah pencegahan, terutama dengan mengoptimalkan berjalannya rencana aksi yang dimatangkan beberap waktu lalu.
"Seluruh jajaran SKPD terkait dengan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, telah diinstruksikan Plt Gubri untuk bekerja optimal. Karena upaya pencegahan jauh lebih penting bagi masyarakat kita," jelas Yulwiriati.


Kerumutan Masih Membara

Meski titik api di Riau sudah berkurang signifikan, namun kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih terjadi di beberapa kawasan di Riau. Salah satunya adalah kawan hutan lindung Kerumutan, di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Sudah dua pekan ini, api masih terus menyala di kawasan itu. Hingga saat ini, api terus merajalela di atas seluas 200 hektare di kawasan itu.

"Sampai hari ini belum juga seluruhnya padam," ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Daerah (BPBPKD) Pelalawan, Hadi Penandio.

"Dalam dua pekan ini, diperkirakan kebakaran ini sudah menghanguskan 200 hektare lebih. Termasuk kawasan hutan lindung," sebut Hadi.

Ditambahkannya, saat ini upaya pemadaman masih terus berlangsung. Tim gabungan masih berada di lokasi untuk melakukan pemadaman. (yuk, grc)