Dokter Sebut Oksigen di Paru-paru Menipis

Lagi, Asap Renggut Nyawa Bocah

Lagi, Asap Renggut Nyawa Bocah

PEKANBARU (HR)-Kabut asap tiada henti memakan korban jiwa. Kali ini menimpa Ramadhan Luthfi Aerli (9), bocah warga Jalan Pangeran Hidayat, Kota Pekanbaru.

Setelah sempat mendapat perawatan di rumah sakit, nyawa bocah malang itu tak bisa diselamatkan lagi. Lutfi pun pergi menghadap Yang Maha Kuasa, Rabu (21/10) dini hari.
Kuat dugaan, meninggalnya Lutfi akibat kabut asap yang kian parah menyelimuti udara Riau, sejak beberapa hari belakangan ini. Salah satu indikasinya, tim dokter di Rumah Sakit Santa Maria yang merawat Lutfi, terjadi penipisan oksigen di paru-paru bocah malang itu, akibat dipenuhi asap.  
Sejak kabut asap mengganas beberapa waktu lalu, setidaknya sudah ada tiga korban jiwa di Riau. Sebelumnya, nasib serupa juga dialami Muhanum Anggriawati,

Lagi
seorang bocah warga Kelurahan Kulim dan Iqbal, seorang PNS di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru.

Terkait nasib yang menimpa anaknya, ayah Lutfi, Heri Wirya, menuturkan, peristiwa itu bermula pada Selasa (20/10) sekitar pukul 12.00 WIB. Ketika itu, Lutfi tiba-tiba mengeluh sakit dengan suhu badan yang panas. Tanpa berfikir panjang, kata Heri, dirinya langsung menyuruh istrinya, Lili untuk membeli obat penurun panas.

"Sebelum makan obat, saya suruh Luthfi untuk makan dulu, setelah itu, dia tertidur hingga malam, dengan suhu badan yang masih panas. Sekitar pukul 23.00 WIB, siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru sempat kejang-kejang dan buang air besar.

"Ketika itu langsung saya larikan ke RS Santa Maria. Saat diberi infus, Lutfi masih dalam keadaan sadar. Dokter bilang ada penipisan oksigen pada jantung, di paru-parunya tampak tertutup semacam awan," ujarnya.

Sejak saat itu, kondisi Lutfi terus menurun. Pada Rabu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, detak jantungnya terus melemah. Berbagai upaya dilakukan tim medis. Namun kondisi anaknya tak kunjung membaik. Menjelang subuh sekitar pukul 04.45 WIB, Lutfi dinyatakan meninggal dunia.

Heri tak menyangka, hidup buah hatinya itu berakhir tragis seperti itu. Sebab selama hidupnya, Lutfi tidak pernah memiliki riwayat penyakit apa pun, apalagi yang berkaitan dengan penyakit paru-paru.

Bocah malang itu akhirnya dimakamkan di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU), Terminal AKAP Kecamatan Payung Sekaki. Isak tangis dari pihak keluarga dan handai taulan, tampak begitu terasa sehingga membuat suasana penguburan diselimuti kesedihan mendalam.

Sudah Kejang-kejang
Sementara itu, Manajer Pelayanan Medik RS Santa Maria, dr Yuliani mengatakan, Lutfi dibawa ke rumah sakit setelah sempat mengalami kejang-kejang.

"Kondisi pasien saat dirujuk ke tempat kita sudah dalam keadaan berat. Tim medis sudah berusaha maksimal memberikan tindakan medis," ujarnya.

Ketika ditanya apakah kondisi Lutfi terkait asap, Yuliani tidak bisa memastikannya. "Kalau itu saya kurang tahu. Yang pasti pasien datang ke tempat kami dalam keadaan berat," tutur Yuliani.

"Apakah asap bisa membuat kondisi kejang-kejang?" tanya wartawan.
"Bisa saja. Tapi saya tidak bisa memastikan apakah ini pemicunya asap," ujarnya.

Namun komentar berbeda malah dilontarkan Kadiskes Andra. Menurutnya, meninggalnya almarhum belum bisa dipasikan akibat asap. Karena awalnya almarhum sempat kejang-kejang, dan muntah-muntah. Selain itu dari cerita orangtua korban, almarhum tidak ada pernah mengeluh sakit dan batuk-batuk, ataupun sakit lainnya akibat asap.

"Yang jelas dengan kondisi asap yang separah ini, bisa saja pemicu meninggalnya seseorang akibat asap dengam penyakit yang dideritanya. Asap menambah parah penyakitnya, tapi dalam kasus ini korban tidak pernah ada penyakit asma ataupun batuk, kita belum tahu pasti ini," jelas Andra.

Hal yang sama juga disampaikan Dirut RSUD Arifin Acmad, Pekanbaru, Dr Nuzeli. Menurutnya, apa yang disampaikan dokter RS Santa Maria, perlu dikaji kembali, terutama tentang adanya gumpalan asap di paru-paru korban.

"Memang ada resiko kepada anak-anak dan orangtua dengan kondisi asap yang parah ini. Kita tidak bisa mengatakan almarhum Meninggal akibat asap, bisa saja ini pemicunya," kata Nuzeli, usai melayat ke rumah Korban, bersama Kadiskes dan Biro Humas Darusman, di rumah duka, Jalan Panger.


Lebih Serius
Terkait nasib yang menimpa Lutfi, anggota Komisi III DPRD Kota Pekanbaru, Jhon Romi Sinaga, mengaku sangat prihatin. Ia meminta Pemko Pekanbaru bertindak lebih konkrit dan melakukan terobosan. "Bila perlu disediakan rumah oksigen per Kelurahan. Ini bisa dimanfaatkan  warga yang merasa susah bernapas akibat kabut asap yang melanda Kota Pekanbaru," ujarnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga meminta dinas kesehatan menyediakan fasilitas serupa di seluruh Puskesmas di Kota Bertuah hingga posko-posko siaga.


"Ini perlu, supaya ada solusi konkret. Jadi kita harapkan tidak ada lagi masyarakat kita yang terus menjadi korban asap," tegasnya.

Sedangkan kepada Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Romi meminta jangan ada sekolah yang melakukan Proses Belajar Mengajar (PBM) ditengah kabut asap yang dinilainya semakin membahayakan bagi kesehatan. "Orangtua juga kita minta mengawasi anak-anaknya. Jangan biarkan bermain di luar rumah," ingatnya.

Sementara itu, kepala Biro Humas, Darusman, menyampaikan bela sungkawa kepada almarhum, atas nama Pemerintah Provinsi Riau, Plt Gubernur Riau. "Plt Gubri turut berduka atas meninggalnya anak dari Eri. Plt berharap keluarga yang ditinggal bisa iklas dan tabah menghadapi cobaan, serta tawakal. Dan arwah almarhum diterima Allah SWT," ujar Darusman.

Ucapan senada juga dilontarkan Walikota Pekanbaru melalui Kabag Humas Alek Kurniawan, mengatakan Pemko Pekanbaru ikut berduka cita terhadap apa yang menimba Lutfi.
"Semoga almarhum diberikan terang jalannya, dan kepada keluarga yang ditinggalkan, Kami mendoakan semoga kuat dan tabah atas cobaan yang diberikan Allah SWT," ujarnya. (her, ben, nur)