Kapolsek Tambusai Ikut Jadi Korban

Buruh Bentrok, PT KPN Mencekam

Buruh Bentrok, PT KPN Mencekam

TAMBUSAI (HR)-Suasana mencekam meliputi areal pabrik kelapa sawit milik PT Kencana Persada Nusantara di Desa Batang Kumu, Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu, Senin (19/10) pagi, sekitar pukul 06.00 WIB. Hal itu menyusul terjadinya bentrok antara dua kelompok federasi buruh. Bentrok itu dipicu perebutan lahan kerja bongkar muat tandan buah segar kelapa sawit di pabrik itu.


Buruh
Kedua kubu yang terlibat bentrok tersebut adalah Federasi Serikat Pekerja Transport Indonesia (F-SPTI) dengan Federasi Serikat Pekerja Pertanian Perkebunan-Serikat Pekerja Seluluruh Indonesia (F-SP3). Dalam bentrok saat itu, masing-masing kubu mempersenjatai diri dengan benda tajam seperti parang, kayu, celurit tonjok dan lainnya.
Buntut dari bentrok itu, tiga orang anggota F-SPTI mengalami luka ringan. Sedangkan seorang lainnya mengalami luka serius akibat terkena sabetan clurit.
Tidak hanya buruh, Kapolsek Tambusai AKP Yahya, juga menjadi korban. Hal itu setelah kepala bagian belakangnya tertimpa batu saat berusaha melerai bentrok antara kedua kelompok buruh tersebut. Akibatnya, kepalanya pun mengalami pendarahan.

Untuk membubarkan kerusuhan, ratusan Polisi gabungan dari Polres Rohul serta Polsek Tambusai dan Polsek Tambusai Utara, diturunkan dilapangan. Kedatangan petugas itu membuat kedua kubu yang berseteru membubarkan diri. Hingga Senin sore kemarin, PKS milik PT KPN masih tetap dijaga petugas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Rebutan
Menurut salah seorang saksi mata yang juga Sekretaris Camat Tambusai, Musri, bentrok tersebut diduga akibat perebutan lahan kerja bongkar muat antara F-SPTI dan F-SP3.

Dikatakan, sejak PKS PT KPN dibuka tahun 2009 lalu, F-SP3 sudah melakukan kerja sama dengan pihak perusahaan dalam bongkar muat TBS sawit. Namun setelah tiga tahun berjalan, F-SPTI menawarkan diri untuk ikut mengelola bongkar muat TBS tersebut.

Tawaran itu ditolak F-SP3 sehingga sempat terjadi keributan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak Desa, Upika Kecamatan, Disnaker hingga Kepolisian mencoba melalukan mediasi. Namun upaya itu juga tidak membuahkan hasil, karena kedua pihak tetap bersikukuh pada pendirian msing-masing. "Keduanya sama-sama mengklaim punya hak bongkar muat,” terang Musri.

Permasalahan itu juga sempat dimediasi DPRD Rohul. Salah satu poinnya, DPRD Rohul meminta kegiatan bongkar muat di pabrik itu dilaksanakan warga dengan berkoordinasi dengan Kepala Desa. Sedangkan poin lainnya, DPRD meminta F-SPTI dan F-SP3 berembuk dan bekerja sama melakukan kerja bongkar muat.

“Artinya yang bekerja bongkar muat tidak lagi F-SPTI dan F-SP3, tapi atas nama masyarakat. Namun F-SP3 menolaknya. Sehingga dalam sebulan terakhir F-SPTI sempat mengambil alih kegiatan bongkar muat di PKS PT KPN," terangnya.

"Saat bentrok tadi pagi, saya juga sempat melerai. Namun kedua belah pihak masih menolak untuk dilakukan mediasi,” terangnya lagi.

Di tempat terpisah, Ketua F-SPTI Rohul Sahril Topan, mengatakan, bentrok terjadi karena anggotanya diserang dan mobilnya dirusak. “Sekarang tidak ada mediasi. Mereka (FSP3) menyerang anggota saya dan merusak mobil saya. Ini tindakan Kriminal. Saya meminta kepada pihak Kepolisian menindaklanjuti masalah ini. Karena dalam menjalankan bongkar muat legalitas kami jelas,” tegasnya.

Sementara itu Ketua F-SP3 Desa Batang Kumu, Apul Simamora, menjelaskan kejadian tersebut berawal dari F-SP3 hendak melakukan bongkar muat di PKS PT KPN. Sekitar 100 meter dari lokasi pabrik, mereka dilempari batu oleh kelompok F-SPTI. Tidak terima diberlakukan seperti itu mereka melakukan perlawanan dengan balas melempar kembali. Karena kalah jumlah, anggota F-SPTI akhirnya melarikan diri.

“Hasil mediasi oleh DPRD itu tidak kami terima. Karena dalam mediasi tersebut kami tidak dilibatkan. Lagi pula di PKS KPN tersebut sudah tiga tahun kami bekerja.  Kami tidak ingin bendera F-SPTI berdiri di sana. Kalau mereka mau bekerjasama silakan, tapi di bawah naungan F-SP3,” ujarnya.

Ditutup Sementara
Pasca bentok, Polres Rohul akhirnya menetapkan untuk menutup aktivitas di PKS PT KPN untuk sementara waktu. Sedangkan untuk berjaga-jaga, Polres Rohul menurunkan satu kompi Brimob di lokasi pabrik.

Kapolres Rohul AKBP Pitoyo Agung Yuwono melalui Kasat Reskrim AKP Rachmad Muchammad Salihi mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas bentrok tersebut sekaligus mengamankan oknum yang diduga menjadi pemicu bentrok tersebut. "Saat ini, kita masih konsentrasi untuk pengamanan terlebih dahulu," ujarnya.

Sementara Terkait kondisi Kapolsek Tambusai AKP Yahya, yang dirawat di Puskesmas Tambusai, Salihi mengatakan kondisi yang bersangkutan sudah mulai membaik. "Sekarang masih menjalani perawatan," tambahnya.

Dampak lain dari bentrok dua kubu buruh bongkar muat saat itu membuat puluhan angkutan tandan buah sawit (TBS) terpaksa pulang dan membawanya ke PKS lain. (gus)