Abbott Kalah Pemungutan Suara

Malcolm Turnbull PM Australia Baru

Malcolm Turnbull PM Australia Baru

CANBERRA (HR)-Australia resmi memiliki Perdana Menteri yang baru. Hal itu setelah pejabat lama Tony Abbott kalah dalam pemungutan suara di internal Partai Liberal, Senin (14/9) waktu setempat.

 Malcolm Turnbull yang menjabat sebagai Menteri Komunikasi Australia, meraih suara mayoritas sehingga berhak menyandang jabatan Perdana Menteri Australia yang baru.

 Dalam pemungutan suara itu, Malcolm Turnbull meraih 54 suara, sedangkan Abbot hanya 44 suara.

Dengan hasil itu, Turnbull akan menjadi perdana menteri Australia keempat sejak 2013. Selama ini,  Turnbull yang berusia 60 tahun ini juga dikenal sebagai jutawan, mantan bankir dan pengusaha teknologi.

Sebelumnya, Turnbull menantang Abbott sebagai Ketua Partai Liberal yang berkuasa di Negeri Kanguru, dan juga PM Australia.

 Turnbull menuding Abbott tidak mampu menunjukkan kepemimpinan ekonomi yang dibutuhkan Australia. Tantangan Turnbull itu dijawab Abbot dengan menggelar pemungutan suara di Partai Liberal.

 Hasilnya, Turnbull meraih kemenangan dengan perolehan 54 suara melawan 44 suara untuk Abbott.

Dengan demikian, PM Abbott hanya dua tahun menjabat dan selanjutnya harus menyerahkan jabatannya kepada Turnbull.

"Beberapa saat lalu saya menemui Perdana Menteri (Abbott) dan menyampaikan bahwa saya menantangnya untuk posisi pimpinan Partai Liberal.

 Saya meminta dia mengatur dan memfasilitasi pertemuan partai untuk melakukan voting terhadap posisi ketua," ujar Turnbull seperti dilansir ABC Australia.

Turnbull mengatakan, jika Abbott tetap dipertahankan sebagai pemimpin Partai Liberal, maka koalisi yang sekarang berkuasa di Australia akan kalah pada pemilihan umum mendatang.

 "Jelas bahwa tidak ada arahan yang jelas, terutama di bidang ekonomi. Kita juga perlu gaya kepemimpinan yang baru," kata Turnbull.

Sementara itu, dalam pemilu internal untuk Wakil Ketua Partai Liberal, Julie Bishop yang menjabat Menteri Luar Negeri Australia meraih suara mayoritas melawan Menteri Pertahanan Kevin Andrews.

 Dengan mendapat perolehan 70 suara melawan 30 suara untuk Andrews, Bishop selanjutnya akan menjabat sebagai Wakil PM Australia.

Dijagokan
Dari awal kemunculannya, Malcolm Turnbull telah diprediksi akan merebut jabatan penting. Kini, ramalan itu menjadi nyata.

 Lulusan hukum dan bisnis ini, kini, menjadi Perdana Menteri Australia yang baru.

Dibesarkan oleh sang ayah setelah orang tuanya berpisah ketika ia berusia 9 tahun, mantan siswa sekolah negeri Vaucluse ini telah menunjukkan bakat 'public speaking' semenjak ia berusia belia.

 Malcolm belajar hukum di Universitas Sydney, mencoba-coba jurnalisme, dan kemudian mendapat Beasiswa Rhodes ke Universitas Oxford, Inggris, untuk belajar hukum lebih lanjut.

Pada tahun 1980, ia adalah seorang pengacara yang kemudian meraih ketenaran internasional dengan 'memukul' Pemerintah Inggris dengan membela pensiunan mata-mata MI5, Peter Wright, yang berjuang untuk hak publikasi bukunya 'Spycatcher'.

Pada tahun yang sama, ia menikahi Lucy Hughes, putri mantan mantan jaksa agung Tom Hughes. Silsilah politik keluarga Hughes berakar dari Walikota pertama Sydney.

Meskipun awal karirnya di Partai Liberal kurang cemerlang, kepemimpinan politik MalcolmTurnbull mulai dilirik ketika ia memimpin wacana republik dalam Konvensi Konstitusi, dan ketika referendum 1999 yang mengikutinya tak berhasil.

Setelah Tony Abbott terpilih sebagai PM Australia, Malcolm Turnbull tetap berada di Parlemen tapi tak memegang jabatan apa pun. Ia bahkan sempat menimbang untuk berhenti berpolitik sama sekali pada tahun 2010.

Namun ia berubah pikiran, kembali menduduki peran penting dan menjadi andalan Abbott dalam mencoba menghancurkan proposal Jaringan Kabel Nasional (NBN) yang diusung Partai Buruh.

 Pada tahun 2013, misinya adalah untuk menjaga proposal NBN tapi merubahnya menjadi sistem yang lebih murah. Malcolm selalu menganggap Abbott sebagai teman dan mempertahankannya serta menteri-menteri lainnya dengan kesatuan dan kesetiaan. (bbs, kom, dtc, sis)