Jefry: Pemkab Telah Berupaya Maksimal

Jefry: Pemkab Telah Berupaya Maksimal

BANGKINANG (HR)-Bupati Kampar H Jefry Noer menegaskan, pihaknya telah berupaya maksimal mengantisipasi kabut asap termasuk menangani bencana yang hampir terjadi setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir itu.

Hal itu disampaikan Jefry Noer menjawab pertanyaan dari presenter TV One dan dua narasumber pada acara kabar malam di TV One, Senin (7/9) malam melalui teleconference.

Jefry Noer yang masih berpakaian Linmas lengkap menjawab dengan antusias satu per satu pertanyaan yang dilontarkan presenter dan dua narasumber yakni Bustar Maitar yang menjabat Kepala Kampanye Hutan Green Peace serta Ramson Siagian, anggota Komisi VII DPR RI.

Dikatakan Jefry, upaya mengantisipasi kabut asap di Kampar dilakukan dengan segera terutama di daerah yang mengalami kekeringan dan daerah gambut.

Sejak jauh hari Pemkab Kampar juga telah mempersiapkan aparatur pemerintahan di desa dan masyarakat peduli api.  "Biasanya efektif satu dua hari api bisa padam. Karena gambut problemnya asapnya masih muncul tiga hari setelah api padam," beber Jefry.

Kampar merupakan daerah yang telah melakukan pencegahan kebakaran lahan dan hutan sejak jauh hari sehingga titik api di Kampar saat ini terbilang sedikit bahkan pada Senin (7/9) kemarin zero (nol) titik api.
Pemkab Kampar juga telah menyediakan anggaran dana tanggap darurat baik untuk kegiatan di Dinas  Kehutanan maupun Badan Lingkungan Hidup (BLH).

Mantan anggota DPRD Riau ini juga menegaskan bahwa di Kampar saat ini tidak ada kebakaran hutan namun yang terjadi adalah kebakaran area gambut dan lahan masyarakat. Lahan masyarakat ini rata-rata satu sampai dua hektar.
"Ini bukan kebakaran hutan. Ini kebakaran gambut. Perlu untuk menambah wawasan kita, tahun 1980 dan 1990 Riau buka lahan sawit 1,5 juta  hektare. Saat itu boleh dibakar. Tapi tak ada asap. Karena memang yang dibakar pohon kecil. Sekarang tak ada yang bangun kebun sawit, tak ada perusahaan bakar lahan untuk membuat kebunnya dibakar. Tapi sekarang asap luar biasa. Makanya lahan yang terbakar ini adalah lahan  gambut," bebernya lagi.

Jefry juga mengakui bahwa  Pemkab Kampar sudah maksimal mengatasi kabut asap. Dari informasi yang diterima dari Danrem 031 Wira Bima, kemarin di Riau sudah zero titik api. Jefry menilai informasi yang disampaikan  keliru yang mengatakan bahwa di Riau masih ada 26 titik api. "Asap dengan api berbeda loh. Di Riau titik api paling sedikit. Titik api paling banyak di Sumsel dan Jambi, jadi asap yang ada sekarang ini kiriman dari luar daerah," katanya.
Ia  menyebutkan bahwa area perkebunan di Kampar mencapai 300 ribu hektare yang dikuasai masyarakat dan sekitar 20-an perusahaan. Saat ini perusahaan tidak ada lagi berani membakar lahan karena terkait persoalan hukum.

Tinjau Izin Jefry juga menyampaikan wacana perlunya meninjau izin perusahaan yang menguasai lahan agar menutup kembali lahan  gambut tersebut. Pemkab  Kampar juga siap untuk membuat Peraturan Daerah (Perda) sehingga  apabila terjadi kebakaran lahan dan hutan bisa diketahui siapa yang harus bertanggungjawab.

Jefry yang menjadi pusat perhatian dari jutaan pasang mata di  Indonesia pada acara itu juga menyampaikan upaya yang dilakukan Pemkab Kampar bersama aparat lainnya adalah segera memadamkan titik api. Namun upaya tersebut diakuinya  tidak serta merta menghilangkan asap karena  asap yang menyelimuti wilayah Kabupaten Kampar juga berasal dari asap kiriman dari provinsi tetangga.***