Saat Demonstrasi Soal Konflik Lahan

Warga Urut Sewu Diserang TNI AD

Warga Urut Sewu  Diserang TNI AD

Kebumen (HR) - Bentrok kembali pecah di tanah Urut Sewu, Kebumen. Petani yang menolak pemagaran lahan konflik digebuki tentara bersenjata lengkap. Empat menderita luka berat dan belasan lainnya mengalami luka ringan.

"Saat sedang menyampaikan aspirasi, tiba-tiba kami diserang," kata Kepala Desa Petangkuran, Kecamatan Mirit, Kebumen, Muchlisin, Sabtu (22/8). Ia menderita memar saat dipukuli tentara di depan seorang polisi yang tak berani melerai. Padahal ia sudah lari menjauh dari lokasi bentrokan.

Kepala Desa Wiromartan Widodo Sunu Nugroho bocor kepalanya kena pentungan. Tangannya retak. "Ia tiba-tiba dipukul saat sedang mempertanyakan legalitas pemagaran lahan," ujar Muchlisin.

Konflik Urut Sewu bermula ketika ada saling klaim tanah sepanjang 22,5 kilometer di pesisir Kebumen. Tanah yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian itu belakangan dipagari oleh TNI AD untuk latihan militer.

Masih menurut Muchlisin, petani tidak membawa apa-apa saat menghadang pemagaran. Massa mulai berkumpul sejak pukul 07.00. Jumlahnya sekitar 150 orang.

Saat melakukan orasi, tentara bertambah banyak dan mengepung massa. Mereka lalu digebuki. Massa pun kocar-kacir menyelamatkan diri. Tentara terus mengejar. "Ibu-ibu hanya bisa menangis saat dibentak tentara," tuturnya.

Warga yang mengalami luka berat adalah Widodo Sunu Nugroho, Ratiman, dan Prayogo. Ketiganya dari Desa Wiromartan. Sedangkan seorang lagi, Rajab, berasal dari Desa Petangkuran. Lima belas korban lainnya mengalami luka ringan. Kini mereka dirawat di Puskesmas Mirit.

Agam, aktivis agraria yang ikut aksi, mengatakan, pada pukul 07.00, massa sudah berkumpul untuk melakukan penolakan pemagaran lahan. "Kami aksi damai dan hanya mempertanyakan dasar pemagaran," ucapnya.

Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD Setrojenar Mayor Infanteri Kusmayadi mengatakan ia sudah melakukan sosialisasi sebelum pemagaran. "Itu bukan tanah rakyat, tapi tanah negara," katanya dengan nada tinggi.

Ia mengaku sudah jenuh dengan konflik itu. Menurut dia, masyarakat telah dibohongi sehingga melakukan perlawanan. "Silakan lewat jalur hukum. Jika kami kalah, kami akan angkat kaki," ujarnya. (tic/rin)