83 Titik Panas Masih Terpantau di Riau

83 Titik Panas Masih Terpantau di Riau

PEKANBARU (HR)-Hingga Kamis (23/7), Provinsi Riau masih menjadi daerah yang memiliki titik panas terbanyak di Pulau Sumatera. Dari total 154 titik panas yang terpantau berada di Pulau Sumatera, sebanyak 83 titik berada di Bumi Lancang Kuning.

Hal itulah yang membuat kabut asap kembali menebal sejak beberapa hari belakangan ini, khususnya di Kota Pekanbaru. Dari pantauan lapangan, kabut asap masih tampak menyelimuti puncak gedung-gedung perkantoran di Kota Bertuah pada Kamis kemarin.

"Asap yang menyelimuti langit Kota Pekanbaru, juga berasal dari kiriman berbagai daerah di Riau. Sudah terdeteksi 83 hotspot yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Riau," ungkap  Slamet Riyadi, Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Kamis (23/7).


Untuk wilayah Riau, lanjut Slamet, terdapat titik api terbanyak berada di Kabupaten Siak, yakni 18 titik. Selanjutnya, Indragiri Hulu, 17 titik, Rokan Hilir 13 titik, Bengkalis 11 titik, Kampar dan Pelalawan masing-masing delapan titik. Kemudian Indragiri Hilir enam titik, Dumai dan Kepulauan Meranti masing-masing satu titik.

Secara umum kondisi cuaca di wilayah Riau cerah berawan, peluang hujan ringan hanya terjadi di wilayah Riau bagian Pesisir Timur dan Selatan. "Untuk jarak pandang hari ini terpantau 5 kilometer, dan ini masih normal meski diselimuti asap tipis," ujarnya.

Menanggapi hal itu, di tempat terpisah, Walikota Pekanbaru Firdaus, mengimbau warga untuk mengantisipasi dampak-dampak dari kabut asap. Dengan cara menggunakan masker bila sedang berada diluar, kemudian dengan memperbanyak mengkonsumsi air putih
    
"Selain itu, kita juga berharap berharap kepada tim penanggulangan bencana kebakaran lahan agar dapat bekerja maksimal. Sehingga kebakaran lahan yang terjadi dapat segera teratasi, " kata Firdaus.

Terus Berlanjut
Sehari sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan, upaya menciptakan hujan buatan di Riau, terus dilakukan. Hal itu dinilai penting untuk meredam kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi di beberapa wilayah di Bumi Lancang Kuning.

Sejauh ini, sebanyak 40 ton garam telah ditaburi di awan Riau agar turun hujan. "Di Riau kami sudah taburin garam 35-40 ton. Sampai saat ini masih terus ditaburi. Karena kalau awannya baik, nanti turun hujan juga," ujarnya, Rabu kemarin di Jakarta.

Siti mengatakan, hujan sudah mulai turun di kawasan Riau meski hanya sebentar. "BMKG menyatakan  hari kering sudah 21 hari. Jumlah hari yang tidak ada hujan itu sudah 21 hari sampai dengan 11 Juli. Tapi kemarin sedikit-sedikit sudah mulai turun," lanjutnya.

Siti menjelaskan, kelembaban udara di Indonesia sangat baik tidak seperti di Eropa atau Australia. Jadi api yang membakar hutan tidak membumbung tinggi ke angkasa. "Kita agak beruntung saja, kelembaban udara kita kan humidity-nya, lebih bagus kalau dibandingin kayak di Eropa, Australia," tuturnya. (her, dtc)