Isak Tangis Pecah di Pekanbaru

PEKANBARU (HR)-Duka akibat musibah jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Medan, Sumatera Utara, Selasa kemarin, juga terasa di Pekanbaru.

Beberapa warga Kota Bertuah, juga ikut menjadi korban dalam musibah itu. Isak tangis tanda kesedihan mendalam pun pecah.

Suasana haru tampak menyelimuti  Hangar Shalter Charlie, Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, ketika tiga jenazah anggota Paskhas TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin, tiba di lokasi itu, Rabu (1/7) sekitar pukul 18.40 WIB. Mereka turut menjadi korban musibah Hercules yang jatuh di Medan.

Ketiganya adalah almarhum Kopda Eria Ageng, almarhum Serda Sugianto dan almarhum Pratu Rudi Haryono. Begitu jenazah ketiganya diturunkan dari pesawat dan disemayamkan, isak tangis dari keluarga pun tak bisa dibendung. Tampak istri, anak, dan keluarga anggota Batalyon Pasukan Khas (Paskhas) 462 Pulanggeni Pekanbaru tak kuasa menahan sedih.

Salah seorang istri korban, nyaris pingsan akibat tak kuasa membendung kesedihan. Beberapa keluarga terlihat membujuk sang istri untuk mengikhlasankan kepergian suami tercinta.

Istri almarhum Serda Sugiyanto, tampak berusaha tabah. Meskipun menangis, namun tetap berusaha kuat. Beberapa kali wanita berjilbab tersebut mencium foto almarhum suaminya dan peti jenazahnya.

Menurut Komandan Batalyon Paskhas 462, Letkol Solihin, hingga Rabu malam, tiga jenazah tersebut disemayamkan di markas. Selanjutnya, pada pagi ini (Kamis, 2/7) baru akan dikebumikan.

"Untuk Serda Sugianto dikebumikan di Makam Bahagia di belakang Makam Pahlawan," terangnya.Sedangkan Kopda Eria Ageng akan dimakamkan di tempat umum di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Sementara untuk Praka Rudi Hariyono akan dibawa pulang ke kampung halamannya di Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.
 
Tidak hanya di Lanud Roesmin Nurjadin, suasana duka dirasakan di kediaman Heriawati , warga Jalan Suka Karya Panam. Tiga anaknya, juga ikut menjadi korban dalam musibah tragedi Hercules tersebut. Ketiganya adalah Azira Luqyana Fathin (16), siswa SMAN 12 Pekanbaru, Arjuna Adhiyaksa (13) siswa SMP dan Azira Nabila Fathin (9), siswa SD 37 Pekanbaru Jalan Garuda Sakti.

Ketiganya merupakan buah cinta Heriawati dengan sumai tercinta Jondri SH, seorang jaksa yang perna bertugas di Pekanbaru dan sekarang bertugas di Kalimantan. "Terima kasih doa dan kedatangannya, semoga saya diberikan ketabahan menghadapi semua kejadian ini," ungkap Heriawati terisak tangis dan berurai air mata.

Pantauan di rumah duka, para kerabat, sanak saudara dan sahabat korban tampak datang secara bergantian. Mereka menunggu di tenda yang sengaja disediakan dan ruang tamu.

Menurut pihak keluarga, ketiga anak malang itu bermaksud hendak berlebaran di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Namun rencana itu tinggal rencana, karena takdir Tuhan berkehendak lain. Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan jatuh di Medan.

Menurut informasi, keluarga Herawati masih menunggu kepastian informasi tentang nasib jenazah ketiga anaknya. Pasalnya, hingga Rabu kemarin, baru dua jenazah korban yang ditemukan dan dapat diidentifikasi. Sedangkan nasib Azira, sejauh ini belum bisa dipastikan.

Kabar tentang nasib Azira, juga membuat Kepala SD 37 Pekanbaru, Gimin Ahmad, menjadi kaget. "Keluarga besar SDN 37 Pekanbaru ikut berduka karena di dalamnya ada salah seorang murid kami yang bernama Azira Nabila Fathin dan dua kakaknya," kata Gimin.

Menurutnya, Azira dan abang adalah anak yang pintar karena selalu masuk dalam kategori 10 besar. "Anaknya juga baik dan santun serta tidak pernah bermasalah," ujarnya.

Tak hanya itu, musibah tentang jatuh Hercules naas itu, juga menguak duka dari daratan Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. Karena di dalam pesawat itu, juga ada 20 siswa lulusan SMA 1 dan SMA 2 Ranai. Mereka ikut jadi korban dalam musibah itu.

Selain 12 kru, dalam pesawat naas tersebut terdapat 38 penumpang tujuan Ranai, Natuna. Jumlah tersebut baru penumpang yang naik dari Lanud Halim Perdanakusuma dan Pekanbaru, belum termasuk yang naik dari Lanud Suwondo, Medan.

Sebagian besar penumpang adalah warga sipil, satu di antaranya Lusianti Pane, warga Natuna. Lusi naik Hercules dari Pekanbaru, Riau, yang sedianya menempuh penerbangan Medan-Tanjungpinang-Natuna-Pontianak.

Lanud Ranai langsung membuka information centre dan menampilkan nama-nama penumpang Hercules tujuan Ranai. Para keluarga ini sebenarnya menunggu kedatangan orang-orang terdekat mereka tersebut.

Leni, misalnya, tengah menunggu kedatangan adiknya, Rusminto, yang naik Hercules tersebut dari Pekanbaru. "Ia mau liburan, makanya mau pulang ke Natuna. Tadi sempat telepon mamak (ibu) waktu transit di Medan," kata Leni.

Tangis histeris para keluarga korban pesawat Hercules tak terbendung di Lanud Ranai. Mereka berkumpul di depan ruang check-in menunggu informasi lanjutan terkait nasib keluarganya.

Pihak Lanud Ranai sudah merilis nama-nama korban kecelakaan pesawat. Dari daftar manifest yang dirilis, jumlah penumpang tujuan Ranai yang naik dari Lanud Halim Perdanakusuma (Jakarta) ada 11 orang. Sedang penumpang tujuan Ranai yang naik dari Pekanbaru sebanyak 27 penumpang, sehingga jumlah total 38 orang.

Di antara para penumpang tersebut terdapat 20 siswa lulusan SMA 1 dan SMA 2 Ranai. "Teman kami Novianto dan Defri mereka dari Pekanbaru habis daftar kuliah di Universitas Sultan Syarif Kasim. Banyak lagi anak lulusan Natuna teman-teman kami yang dari Pekanbaru habis daftar kuliah mau pulang ke Natuna naik pesawat itu. Ada sekitar 20 orang," ujar Ipul, seorang siswa yang menungu di Lanud Ranai. (bbs, rud, rtc, dtc, trb)