Kepala Keamanan Rutan Bantah Ada Pungutan

Uang Rp500 Ribu Diminta Napi Sekamar

Uang Rp500 Ribu Diminta Napi Sekamar

Kepala Keamanan Rutan Siak Bambang Petrus membantah adanya pungutan liar yang terjadi di dalam rutan Siak. Dikatakannya, selama ia bertugas menjadi kepala keamanan tidak dikenakan pungutan bayar kamar kepada seluruh napi. Bambang mengatakan bahwa informasi yang berkembang itu tidak benar.

"Tak ada sepeserpun kita minta uang kepada napi. Apalagi masalah uang kamar atau uang rokok. Di sini kalau memberi dan menerima suap dapat dikenakan sanksi pidana pasal 209 KUHP dan kita tidak benarkan kepada anggota untuk memungut biaya tersebut," tegas Bambang Petrus, Jumat (26/6) di ruangan kerjanya.

Kalau ada para napi atau petugasnya melakukan pungutan kepada napi, Bambang meminta kepada keluarga napi melaporkan segera kepadanya sebagai Kepala Keamanan Rutan Siak.

"Bilamana masih ada juga yang melakukan pungutan uang kepada napi, saya harap bisa melaporkan langsung kepada saya. Saya akan menindak tegas petugas yang melakukan hal itu," ungkapnya.

Ketika ditanya tanggapannya mengenai berita yang sudah diterbitkan Haluan Riau kemarin soal keluarga penghuni rutan yang pusing memikirkan biaya kamar untuk suaminya yang berada di dalam. Bambang menjawab sudah mengumpulkan anggotanya. Semua petugas rutan Siak mengaku tidak pernah melakukan pemungutan.

"Saya sudah mengumpulkan anggota dan mereka mengaku tidak ada yang melakukan pungutan kepada napi. Kita juga sudah mengimbau kepada mereka agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," jelasnya.

Sementara itu Amsori, salah satu napi di rutan Siak ketika dipanggil dan dikonfirmasi mengatakan memang ada pungutan biaya sebesar Rp500 ribu. Tapi yang meminta bukan petugas LP, tapi para napi yang sekamar dengannya.

"Memang ada napi yang sekamar dengan saya meminta uang Rp500 ribu. Karena saya takut diapa-apain alias dihajar, saya telpon istri saya untuk mengirim uang tersebut. Tapi alhamdulilah setelah napi-napi itu tahu bahwa saya ada hubungan keluarga dengan petugas rutan Siak, mereka tak mau menerima uang itu," jelasnya.

Ketika ditanya apakah ada kekerasan selama menjadi napi, ia menjawab ada bahkan sampai keluar darah dari telingannya.

"Ada bang, saya dipukul di bagian kepala belakang hingga keluar darah dari telinga waktu di Polda. Ketika itu saya disuruh menandatangani pernyataan bahwa saya sebagai mandor atau pengawas. Tapi kalau di rutan siak saya aman dan hanya digertak-gertak saja sama napi yang lama tinggal di kamar tersebut," jelasnya.

"Harapan saya bisa kembali lagi ke rumah kumpul keluarga karena saya tak bersalah. Jangan sampai ada kekerasan pada saya di dalam rutan ini. Kepada kawan-kawan napi jangan ada lagi kekerasan dan saling menekan antara satu dengan yang lainnya," pungkasnya.***