Bank Sentral Belum Pangkas BI Rate

Bank Sentral Belum Pangkas BI Rate
JAKARTA (HR)- Bank Indonesia berhati-hati dalam mengambil keputusan kebijakan moneter yakni dalam menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate.
 
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan saat ini Indonesia sedang mengalami perlambatan ekonomi dan adanya ketergantungan pada dana luar negeri cukup besar.
 
"Current account deficit (CAD) kita sangat besar bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Korea, Malaysia, dan Thailand yang surplus," ujarnya di Kompleks Gedung BI, akhir pekan lalu.
 
Indonesia yang mengalami defisit transaksi berjalan itulah membuat harus lebih berhati-hati dalam mengelola makro ekonomi.
 
"Kita masih punya tantangan CAD dan Fed rate maka respons BI dengan pelonggaran makro prudential, seperti pelonggaran loan to value dan loan to funding ratio," katanya.
 
Kebijakan pelonggaran LTV pun diakuinya akan segera dilakukan dan saat ini masih menunggu penerbitan Peraturan Bank Indonesia.
 
Mirza menuturkan kondisi Indonesia saat ini memang tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang telah menurunkan suku bunga acuan, seperti Korea Selatan yang telah memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 basis poin menjadi 1,5 persen dari 1,75 persen.
 
"Korea Selatan, Malaysia, Thailand, current account-nya surplus. Korea Selatan menurunkan suku bunga karena ada saingan Jepang," ucapnya.
 
Dia menambahkan produk ekspor Korea Selatan mirip dengan barang yang diekspor dari Jepang. Namun, apabila dilihat dari nilai mata uang, yen Jepang mengalami depresiasi dalam waktu dua tahun terakhir dibanding mata uang won Korea Selatan lebih stabil dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
 
"Korea Selatan ingin barangnya lebih kompetitif karena sudah ketinggal dibanding Jepang. Oleh karena itu dia memangkas suku bunganya karena mengalami surplus beda dibanding kita yang defisit," tutur Mirza.(bis/ara)