Begini Cerita Orang Tua Korban Bullying,
Riaumandiri.co - Orang tua dari korban bully, Deswita mengungkapkan anaknya sempat ditendang pada Jum’at (14/11) yang lalu. Ia tak kuasa menahan air matanya saat awak media menanyakan kondisi anaknya sebelum meninggal dunia.
Deswita juga menceritakan anaknya sempat meminta untuk tidak bersekolah namun tak menceritakan penyebabnya. Sehari setelahnya barulah sang anak alami kelumpuhan dan bercerita sempat ditendang oleh murid lainnya inisial FT saat jam belajar.
“Pada hari Kamis tanggal 13 November 2025 saat pulang sekolah anak saya menangis dan menyampaikan bahwa ia tidak mau lagi bersekolah tanpa menceritakan apa penyebabnya, pada hari Jumat siangnya tanggal 14 November 2025 anak saya lumpuh dan saat itulah anak saya bercerita bahwa kakinya ditendang kepalanya oleh murid yang lain inisial FT saat jam belajar kelompok, penendangan itu FT lakukan terhadap anak saya dalam kondisi FT tidak menggunakan Sepatu,” ujar Deswita, Senin (24/11) di SDN 108 Pekanbaru.
Lebih lanjut, dikatakannya peristiwa ini juga disaksikan langsung oleh teman dekat anak saya inisial AK dan saat itu AK melaporkan peristiwa tersebut kepada Walikelas. “Wali kelas saat itu menyampaikan, “iya tunggu”. Anak saya yang menangis saat pulang sekolah pada hari Kamis itu juga disaksikan oleh teman bermainnya sekitarkan rumah,” ungkapnya.
Pasca alami kelumpuhan, Sang Ibu membawa anaknya ke pengobatan alternatif hingga rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
“Setelah anak saya lumpuh, kemudian saya dan keluarga membawa anak saya berobat ke alternative akan tetapi kata alternative agar anak saya diobatkan secara medis dan kemudian saya membawa anak saya tersebut ke Puskesmas akan tetapi dikarenakan hari itu Sabtu dan Puskesmas tutup maka anak saya terpaksa dirawat dirumah. Dalam kondisi lumpuh tersebut beberapa kali anak saya menceritakan peristiwa kepalanya yang ditendang, dan pada hari Minggu pukul 02.00 WIB akhirnya anak saya meninggal dunia, beberapa hari sebelum meninggalnya anak saya menyampaikan pesan untuk dimandikan dan digelarkan tikar karena nanti rumah kami ini akan ramai,”ujarnya.
Sementara itu, Kuasa Hukum Korban yang juga Ketua Tim Advokat Pejuang Keadilan (TAPAK) Riau, Suroto menyampaikan dengan tegas bahwa anak kedua orang tersebut memang meninggal setelah dibully.
“Jadi itulah kronologi yang sebenarnya disampaikan oleh keluarga korban. Nah, kalau ditanyakan apakah anak orang tua ini meninggal karena dibully, saya mau menyampaikan bahwa anak kedua orang tua ini meninggal setelah dibully,” katanya.
“Faktanya hari Kamis kepalanya ditendang, Jumat dia lumpuh, berapa hari berikutnya dia meninggal dunia. Jadi, meninggal dunia setelah dibully. Itu penyampaian dari kami,” jelasnya.
Soal langkah hukum selanjutnya, saat ini TAPAK menyebut keluarga korban hingga kini belum memutuskan untuk menempuh proses tersebut. Pertimbangannya, proses hukum akan mengharuskan dilakukan autopsi, hal ini memberatkan bagi pihak keluarga.
“Jadi gini, terkait dengan upaya hukum, keluarga menyampaikan sejauh ini belum terpikir sampai ke sana. Karena mereka juga tahu kalau kita melakukan upaya hukum, maka prosesnya adalah autopsi. Mereka tidak tega kuburan anaknya dibongkar dan badannya mungkin dibelah, mereka tidak tega untuk itu,” katanya.
Kini keluarga menunggu itikad baik dari berbagai pihak, mulai dari orang tua murid yang diduga sebagai pelaku, pihak sekolah, hingga dinas pendidikan. Mereka berharap ada kepedulian yang mampu sedikit mengobati duka mendalam yang mereka rasakan.
“Mereka sekarang menunggu itikad dari orang tua murid yang diduga anak sebagai pelaku, menunggu itikad dari sekolah dan dinas. Bagaimana menghibur hati mereka agar bisa terobati. Kalau misalnya tidak ada itikat itu, ya kita nggak tahu ya apakah keluarga kemudian memutuskan untuk memproseskannya atau tidak,” tutupnya.