Akademisi Sosial Soal Gepeng: Beri Pendampingan Wirausaha
Riaumandiri.co - Persoalan gelandangan dan pengemis (gepeng) yang masih marak di sejumlah lokasi di Pekanbaru. Gepeng yang ada itu menganggu ketentraman warga serta estetika kota.
Bahkan, kebanyakan dari mereka merupakan pendatang yang berasal dari luar Pekanbaru dengan alasan ditempat mereka susah cari kerja.
Tapi setiba di Pekanbaru malah kerja seperti ini dan menganggu kenyamanan masyarakat.
Menanggapi hal itu, Akademisi Sosiologi dan Patologi FISIP UNRI, Muhammad Ihsan, S.Pd.I, M.Si menyebut penyebab adanya gepeng dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan, maka dari itu perlunya pendampingan wirausaha kepada gepeng tersebut agar nantinya mereka tidak menganggu ketertiban umum.
Pendampingan wirausaha ini tak hanya sekedar memberikan modal usaha kepada masyarakat maupun gepeng yang ada. Melainkan memberikan pembinaan secara kontinu serta memberikan keahlian agar nantinya bisa membuka usaha secara mandiri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan perlunya campur tangan pemerintah hingga desa agar nantinya lapangan pekerjaan yang ada dapat tersebar secara merata.
"Kalau saya secara pribadi yang paling konkret peran pemerintah, bukan hanya daerah ya, sampai tingkat kelueahan, desa, kan ada dana desa tu, jadi mereka ini dibimbing. Kebanyakan kan memberi modal habis itu lepas tangan," ujarnya, Senin (11/8).
Sehingga pengelolaan berusaha akan membantu masyarakat untuk mandiri secara finansial.
Peningkatan skill juga perlu dilakukan, mengingat dalam membuka suatu usaha maupun bekerja dibutuhkan hard skill dan soft skill.
"Kalau sudah memberikan pelatihan keterampilan dan modal usaha, mereka pasti memiliki kemandirian ekonomi dan meninggalkan profesi pengemis dan sebagainya," sebutnya.
Perlu diketahui, soft skill merupakan skill yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan kepribadian interaksi sosial, dan kemampuan beradaptasi. Sifatnya lebih subjektif dan sulit diukur secara langsung, contohnya yakni komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama.
Sementara itu, hard skill merupakan eterampilan yang diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, atau pengalaman praktis, dan dapat diukur secara objektif, contohnya analisis data, kemampuan berbahasa asing, dan desain grafis.
Semua hal ini tentu bukan hanya sebatas mengatasi gepeng saja. Namun juga dapat mengurangi pengangguran karena terciptanya lapangan pekerjaan.
Seperti yang disebutkan di atas, Ihsan menambahkan saat ini lapangan pekerjaan sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena adanya sejumlah faktor, termasuk penggunaan teknologi seperti mesin.
"Sekarang itu sudah di era 4.0 ya, perusahaan sekarang itu tidak butuh orang lagi. Secara sosial ada pergeseran teknologi dengan mesin dan mengurangi pekerja," katanya.
Misalnya percetakan, pabrik itu nantinya tidak akan menambah orang kembali. "Seandainya memang nanti ada orang yang mau direkrut itu harus ada skill nya," sebutnya.
Selain itu, ia juga sepakat apabila memang profesi seperti badut, ataupun pengamen apabila terorganisir akan lebih bermanfaat.