Pemimpin Junta Myanmar Terancam Dikudeta

Pemimpin Junta Myanmar Terancam Dikudeta

Riaumandiri.co - Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing diklaim terancam dikudeta dari posisinya sebagai pemimpin negara tersebut.

Sejumlah kalangan pendukung junta militer dikabarkan mulai meminta Aung Hlaing mundur gegara enam jenderalnya menyerah setelah kalah dari pasukan pemberontak di negara bagian Shan.

Para pendukung junta mulai menilai Aung Hlain tidak becus, egois, dan lemah karena membuat militer yang tadinya tak terkalahkan jadi gampang menyerah terhadap musuh-musuhnya.


Pertempuran di Kota Laukkai merupakan kekalahan terbesar junta Myanmar dari pasukan pemberontak sejak kudeta militer Myanmar pada 2021. Kekalahan tersebut dianggap amat memalukan.

Saat itu juru bicara militer Myanmar Jenderal Zaw Min Tun mengatakan kepada media resmi junta, Popular News Journal, menjelaskan soal pasukannya yang menyerah di Laukkai, negara bagian Shan.

Min Tun menerangkan bahwa prioritasnya adalah keselamatan para personel junta dan keluarga mereka serta menjaga relasi dengan China, seperti dikutip dari The Irrawady.

Laukkai merupakan kota di negara bagian Shan yang berbatasan langsung dengan China di utara.

Pasukan koalisi pemberontak yang terdiri dari Pasukan arakan dan Pasukan Pembebasan Nasional Ta'ang berhasil menguasai Laukkai melalui operasi gabungan 1026 pada Oktober tahun lalu.

Aliansi pasukan pemberontak itu berhasil merebut sekitar 500 markas junta Myanmar dan 17 kota beserta jalur perdagangan vital, termasuk sejumlah markas komando pusat di Shan.

Total sekitar 2.400 tentara junta Myanmar dipaksa menyerah dan melucuti senjata mereka oleh pasukan pemberontak pada 4 Januari tahun ini menyusul kekalahan mereka di Kota Kokang, dekat perbatasan China.

Kokang merupakan pusat komando militer terbesar di negara bagian Shan. Sekitar 200 perwira termasuk enam jenderal juga dipaksa 'bertekuk' lutut. Namun, pasukan pemberontak mengizinkan mereka meninggalkan kota tersebut.

Sebanyak enam jenderal itu pun dipulangkan ke ibu kota Myanmar, Naypyidaw, dengan menggunakan helikopter.

Nasib tragis pun menimpa keenam jenderal tersebut. Sebanyak tiga jenderal dijatuhi vonis mati, sementara tiga lainnya menjalani hukuman seumur hidup di penjara Kota Yangon.

Junta Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing melakukan kudeta militer menggulingkan pemimpin sah negara itu, Aung San Suu Kyi, pada 2021.  Suu Kyi kemudian diseret ke penjara usai dikudeta.

Kudeta militer tersebut mendapat perlawanan keras dari sejumlah elemen demokrasi Myanmar yang menggelar demonstrasi besar-besaran.

Junta militer kemudian berusaha meredam unjuk rasa tersebut dengan aksi militer sehingga banyak korban tewas berjatuhan. Kudeta itu pun berujung perang sipil di Myanmar antara sejumlah kelompok pemberontak dengan junta hingga kini.