Minta Jokowi Jaga Silaturahmi dengan Mega

SBY: Partai Lain Juga Banyak yang Korupsi

SBY: Partai Lain Juga Banyak yang Korupsi

JAKARTA (HR)-Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, merasa partai yang dipimpinnya kerap diperlakukan secara tak adil oleh publik. Salah satunya, adanya kesan seolah-olah Partai Demokrat sebagai sarang koruptor. Padahal, aksi serupa juga terjadi di tubuh partai politik lainnya.  

"Ada sedikit ketidakadilan, karena mungkin Demokrat saat itu ruling party, meski partai lain banyak juga yang korupsi," ujar SBY dalam wawancara dengan Kompas TV, Kamis (14/5) petang.

Ditambahkannya, kondisi ini dirasakan pihaknya selama 10 tahun  terakhir. Seperti diketahui, sejumlah elite Demokrat sempat menjadi sorotan publik, karena terjerat kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka antara lain Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Nazaruddin, Jero Wacik, Sutan Bhatoegana dan Angelina Sondakh.

Namun, SBY menilai, terjeratnya sejumlah elite Demokrat itu disebabkan karena dia selaku Presiden saat itu, tidak pernah mencoba mengintervensi KPK.

"Tetapi, karena gempuran pengamat politik, seolah hanya Partai Demokrat. Saya kan pemimpin waktu itu, Presiden. Saya harus adil untuk semua. Tidak boleh menyuruh KPK menangkap atau membebaskan seseorang," tambahnya.

Sebagai pemimpin negara saat itu, SBY mengaku hanya berpesan satu hal kepada KPK, yakni tidak melakukan penegakan hukum secara tebang pilih. "Saya tidak mungkin melindungi kalau ada kader Demokrat terjerat korupsi," ujarnya.

Masih Genting
Sementara itu, ketika ditanya tentang kondisi Partai Demokrat saat ini, SBY menilai tak menampik kondisinya masih genting. Para kader masih menganggap perlunya dilakukan pembenahan internal partai, terutama yang berkaitan dengan moral kader.

Dikatakan, sejak 2011 hingga 2014, Demokrat mengalami masalah demoralisasi kader, yang ditandai dengan ditangkapnya sejumlah kader oleh KPK. Kondisi itu berlanjut pada Pemilu 2014 lalu, di mana perolehan suara menurun. Masalah ini, kata SBY, menghantui sebagian kader Demokrat.

"Itu juga menimbulkan pertanyaan apakah kita bisa bangkit lagi. Itu menghantui sebagian kader Demokrat," terangnya.

Kendati demikian, SBY juga merasa bersyukur bahwa Demokrat tidak hilang dalam peredaran meskipun perolehan suaranya menurun pada Pemilu 2014. SBY juga mengakui bahwa dia memiliki andil dalam membesarkan Demokrat sejauh ini.

"Sebagian tahu Partai Demokrat yang gagas saya, banyak yang tahu, dua kali pemilu, berjuang habis bersama Demokrat, Alhamdulillah saya berhasil. Demokrat juga berhasil. Kemudian, dalam suasana yang tidak bagus, ada krisis, saya terpaksa turun tangan, Alhamdulillah, Pemilu 2014 down, tetapi tidak hilang dari peredaran," tambahnya.

Jaga Silaturahim
Dalam kesempatan itu, SBY juga meminta Presiden Joko Widodo menjaga hubungan baik dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, permintaan itu wajar mengingat Jokowi bukanlah ketua umum ataupun seseorang yang mempunyai jabatan strategis di partai yang mengusungnya.

"Kalau seorang presiden bukan ketua partai, yang penting hubungan presiden itu dengan pimpinan partainya baik. Kalau baik, saling menghormati, saya rasa tidak ada (gangguan)," ujarnya.

SBY menjelaskan, dalam sistem multipartai yang dianut Indonesia, presiden yang menjabat sebagai ketua umum partai memang lebih diuntungkan. Sebab, dia bisa langsung mengontrol partai yang mengusungnya di parlemen.

Namun, posisi ketua umum yang dijabat presiden juga bukanlah sebuah jaminan. Presiden juga harus melakukan konsolidasi dan memastikan semua programnya berjalan lancar tanpa hambatan.

SBY menilai, wajar apabila saat ini Jokowi masih kesulitan dalam berkomunikasi dengan partai pengusungnya. Sebab, pemerintahan Jokowi baru berjalan sekitar enam bulan.

"Ini kan belum setahun, mungkin Jokowi masih konsolidasi. Pada saatnya nanti akan terbangun hubungan harmonis Jokowi dengan Ibu Mega dan dengan semuanya," ucap SBY. (kom, sis)