Jamiluddin Ritonga: KIB Sangat Berpeluang Besar untuk Bubar

Jamiluddin Ritonga: KIB Sangat Berpeluang Besar untuk Bubar

RIAUMANDIRI.CO - Pengamat komunikasi politik M Jamiluddin Ritonga menilai peluang Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bisa bertahan semakin kecil setelah PPP mendukung Ganjar Pranowo dan merapat ke PDIP.

"KIB praktis hanya dihuni oleh Golkar dan PAN. Dua partai ini memang masih cukup untuk mengusung capres dan cawapres," kata Jamil kepada media ini, Kamis (1/6/2023).

Hanya saja menurut Jamil, masalah di KIB sejak awal berdiri ketua umum partainya tidak memiliki nilai jual. Airlangga Hartarto dan Zukifli Hasan sama-sama memiliki elektabilitas rendah.

Bila dua sosok ini dipasangkan, tetap saja akan kalah bersaing dengan Anies Baswedan atau Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo.

"Jadi, KIB sulit mempertahankan eksistensinya karena elektabilitas ketua umum yang dimiliki tak cukup kuat untuk bersaing. Meskipun kapasitas Airlangga dan Zulhas tak kalah dengan kandidat lainnya, terutama bila dibandingkan dengan kapasitas Ganjar," katanya.

Menurut dia, kapasitas Ganjar memang relatif lebih rendah dibandingkan dengan Anies dan Prabowo. Kapasitas Airlangga seharusnya jauh lebih baik daripada Ganjar. Hanya saja, Ganjar unggul dari sisi elektabilitas. Hal ini membuat Airlangga kalah pamor dengan Ganjar.

Peluang lain masih terbuka bila KIB tidak memaksakan Airlangga dan Zulhas menjadi capres dan cawapres. Syaratnya, dua sosok ini mengalah dengan memajukan kandidat lain yang lebih punya nilai jual.

Golkar misalnya, bisa mendorong Ridwan Kamil menjadi capres Sementara PAN bisa mengajukan Erick Thohir menjadi cawapres.

Pasangan Ridwan-Erick akan jauh lebih punya nilai jual daripada Airlangga-Zulhas. Ridwan-Erick bahkan dapat bersaing dengan Anies, Prabowo, atau Ganjar.

Namun pilihan Ridwan-Erick hanya bisa terwujud bila Airlangga dan Zulhas mau berlapang dada. Untuk Zulhas tampaknya tidak masalah karena selama ini ia sudah cukup dekat dengan Erick. Zulhas juga terlihat tidak terlalu ambisius untuk mengisi posisi cawapres.

"Masalah terbesar ada pada Airlangga. Ia tampaknya sulit merelakan Ridwan menjadi capres. Sebab, selain masih kader baru di Golkar, Ridwan tampaknya sudah disiapkan untuk maju pada Pilgub Jabar untuk periode kedua," katanya.

Airlangga juga terlihat sangat ambisius untuk menjadi capres. Meskipun ambisinya itu dibalut dengan alibi keputusan partai mengamanatkannya untuk menjadi capres.

"Karena itu, peluang Ridwan-Erick tampaknya kecil bisa diusung KIB. Hal ini membuat KIB bubar semakin besar," katanya.

Dia melihat peluang Airlangga  menjadi capres dan cawapres masih terbuka bila bergabung dengan KKIR. Namun peluang paling realistis hanya cawapres. Sebab, Airlangga kalah jauh elektabilitasnya dengan Prabowo.

"KKIR tampaknya juga tidak keberatan Golkar bergabung. Indikasi itu sudah diperlihatkan Prabowo dan Muhaimin Iskandar," katanya.

Sementara PAN ada kemungkinan bergabung ke KKIR atau ke PDIP. Kemana PAN akan berlabuh tampaknya masih menunggu sinyal dari Joko Widodo.

Hal itu dilakukan PAN karena ketergantunganya pada Jokowi sangat tinggi. PAN akan mengekor saja sesuai arah angin yang diinginkan Jokowi.

Karena itu, PAN hampir dipastikan tidak akan bergabung ke Koalisi Perubahan. Sebab, Jokowi tidak.akan mengarahkannya untuk mendukung Anies.

"Kalau PAN ke KKIR, bisa jadi Jokowi memang mendukung Prabowo. Sebaliknya, bila PAN ke PDIP, maka Jokowi tampaknya memang hanya mendukung Ganjar," katanya.

"Jadi, pilihan PAN bergabung ke koalisi mana dapat dijadikan indikasi pilihan Jokowi. Capres tersebut tentunya beruntung karena mendapat dukungan Jokowi," ulas Jamil. (*)