Jamiluddin Ritonga Sebut Ada Lima Menteri Layak Direshuffle

Jamiluddin Ritonga Sebut Ada Lima Menteri Layak Direshuffle

RIAUMANDIRI.CO - Isu reshuffle kabinet kembali menggema. Selain mengganti Menteri Pemuda dan Olaraga, juga ada beberapa menteri lainnya dikehendaki publik untuk diganti.

Pengamat komunikasi politik M Jamiluddin Ritonga kepada media ini, Selasa (7/3/2023) mengatakan, jika merujuk dari hasil survei Populi Center dari 25 Januari -2 Februari 2023, ada lima menteri yang dikehendaki publik untuk diganti.

Pertama, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Ada 16 persen responden yang menginginkannya diganti.

Kedua, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sebanyak 14,4 persen responden memintanya diganti.

Ketiga, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, sebanyak 10,9 persen responden memintanya diganti.

Keempat, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, sebanyak 9,5 persen menghendakinya diganti.

Kelima, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, juga sebanyak 9,5 persen responden menginginkannya diganti.

"Kelima menteri itu memang layak direshuffle. Selain karena memang sebagian publik tidak menghendakinya, juga kinerjanya memang tidak menonjol. Karena itu, tidak ada alasan bagi Jokowi untuk tidak mereshufflenya," kata Jamil.

Menurut Jamil, tiga mnteri dari Nasdem, yaitu Johnny G. Plate, Syahrul Yasin Limpo, dan Siti Nurbaya berpeluang besar di reshuffle. Kalau tiga menteri ini di reshuffle, bukan karena Nasdem mengusung Anies Baswedan, tapi karena dikehendaki publik dan kinerjanya juga tidak menonjol.

"Masalahnya, beranikah Jokowi mereshuffle menteri dari Nasdem? Kalau pun Jokowi mereshuffle kabinetnya, tampaknya tidak akan mencopot semuanya," sebut Jamil.

Dia menilai, ada kemungkinan hanya dua menteri dari Nasdem yang dicopot, yaitu Johnny G Plate dan Syahrul Yasin Limpo. Sementara Siti Nurbaya berpeluang dipertahankan.

"Hal itu dilakukan Jokowi untuk meminimalkan kekecewaan Nasdem kepadanya. Dengan tetap ada menteri dari Nasdem, Jokowi berharap Nasdem tidak berubah menjadi oposisi," katanya.

Kalau Nasdem jadi oposisi, menurut Jamil, risikonya terlalu besar bagi Jokowi. Selain memang tahu plus minusnya Jokowi, Nasdem juga punya banyak media yang siap membom bandir Jokowi dan kabinetnya.

"Hal itu tentu tak diinginkan Jokowi. Jokowi tentu ingin selamat hingga purnabakti hingga Oktober 2024," kata mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu. (*)