Riaumandiri.co - Pada Kamis, 20 November 2025, Presiden Taiwan, Lai Ching-te, membuat unggahan yang cukup menarik perhatian di media sosial. Lewat Facebook, Instagram, dan X, ia membagikan foto dirinya menikmati sushi yang menggunakan bahan-bahan laut dari Jepang. Dalam unggahannya tersebut, Lai dengan terang-terangan menunjukkan dukungannya kepada Jepang, di tengah ketegangan yang semakin memanas antara Beijing dan Tokyo.
Dalam foto tersebut, Lai tampak tersenyum sambil memegang sepiring sushi, yang berisi bahan-bahan dari Taiwan seperti cumi-cumi, ditambah dengan ikan yellowtail dari Kagoshima dan scallop dari Hokkaido yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025)
Tidak hanya foto, dalam sebuah video yang turut dibagikan, Lai juga menyatakan, “Sekarang mungkin waktu yang tepat untuk makan makanan Jepang.” dan menambahkan, “Itu sepenuhnya menunjukkan persahabatan yang kuat antara Taiwan dan Jepang.”
Unggahan tersebut terjadi setelah munculnya laporan di Tokyo yang menyebutkan bahwa China berencana untuk menghentikan impor makanan laut dari Jepang. Langkah ini dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, yang mengisyaratkan kemungkinan Jepang akan terlibat secara militer jika China menyerang Taiwan.
Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari Beijing, yang menganggap Jepang harus "bersikap bermartabat" dan menarik kembali komentar tersebut. China juga kembali menegaskan klaim atas Taiwan.
“Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah China. Tidak peduli pertunjukan apa yang ditampilkan pihak Lai Ching-te, hal itu tidak bisa mengubah fakta yang sudah jelas ini,” ujarnya yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025)
Ketegangan semakin memuncak setelah Jepang mengerahkan pesawat tempur untuk memantau drone yang diduga milik China yang mendekati Pulau Yonaguni, wilayah Jepang yang terletak paling dekat dengan Taiwan. Selain ancaman larangan impor, China juga telah memanggil duta besar Jepang dan menunda perilisan dua film Jepang di China.
Pemerintah Taiwan mengutuk tindakan Beijing yang dianggap sebagai bentuk "perilaku intimidasi".
“Partai Komunis China telah menggunakan taktik seperti pemaksaan ekonomi dan intimidasi militer untuk menindas negara lain,” kata Lin yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025)
“Pada saat yang kritis ini, kita harus mendukung Jepang agar dapat menstabilkan situasi dan menghentikan perilaku intimidasi Partai Komunis China,” imbuhnya yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025)
Menteri Luar Negeri Taiwan, Lin Chia-lung, mengungkapkan bahwa tindakan tersebut merupakan upaya untuk menekan negara lain. Ia juga menyerukan agar Taiwan lebih mendukung Jepang, dengan mendorong warga Taiwan untuk mengunjungi Jepang dan membeli produk-produk Jepang sebagai bentuk solidaritas. Menurut Lin, dukungan dari masyarakat Taiwan memiliki nilai simbolis yang sangat penting dalam menghadapi tekanan Beijing.
Presiden Lai sendiri dikenal sebagai pembela tegas kedaulatan Taiwan, dan sering menjadi sasaran kritik dari pejabat China. Terutama setelah ia mengungkapkan bahwa Beijing semakin mengganggu perdamaian kawasan lewat berbagai tindakan belakangan ini.
Dari Tokyo, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Minoru Kihara, menegaskan bahwa posisi negaranya terkait Taiwan tetap tidak berubah, meskipun komentar kontroversial dari Takaichi. Pemerintah Jepang juga sudah mengirim diplomat senior ke Beijing untuk meredakan ketegangan, meskipun sampai saat ini belum ada kemajuan yang signifikan.
Dukungan juga datang dari Amerika Serikat. Duta Besar AS untuk Jepang, George Glass, menyatakan bahwa Washington akan tetap mendukung Tokyo jika China benar-benar menerapkan larangan impor.
“Pemaksaan adalah kebiasaan yang sulit dihentikan bagi Beijing,” tulis Glass yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025)
“Tetapi seperti halnya Amerika Serikat mendukung Jepang dalam larangan makanan laut sebelumnya yang tidak berdasar, kami akan berada di pihak sekutu kami kali ini,” tambahnya yang dilansir dari Kompas, (21/11/2025).(MG/DHA)