Pakar Wanti-wanti Euforia Saat Puncak Omicron RI Sudah Terlewati

Pakar Wanti-wanti Euforia Saat Puncak Omicron RI Sudah Terlewati

RIAUMANDIRI.CO - Aturan pembatasan COVID-19 diperlonggar, syarat perjalanan PCR dan antigen semua moda transportasi dicabut, tak ada lagi pembatas jaga jarak di commuterline (KRL) Jabodetabek hingga DI Yogyakarta dan Solo.

Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai hal semacam ini termasuk euforia.

Ia mengakui puncak gelombang Omicron memang sudah terlewati, tetapi risiko peningkatan kasus bahkan angka kematian COVID-19 masih terbilang tinggi.


Meski cakupan vaksinasi dosis kedua di Indonesia belakangan sudah mencapai 70 persen, hal tersebut ditegaskan Dicky bukan dari jumlah populasi.

"Kalau bicara protokol kesehatan ya kalau tidak ada jaga jarak ini berbahaya sekali. Itulah makanya kita ini nggak boleh euforia, bahwa kasus sudah melewati puncak itu betul, tapi ini masih kritis," tegas Dicky.

"Ini yang saya khawatirkan ya bahwa kita euforia karena pandemi ini belum selesai, situasi masih berbahaya, ingat loh vaksinasi yang disebut bahkan 70 persen sekalipun itu bukan dari total populasi, kemudian bicara booster itu masih kurang dari 10 persen," sambutnya.

Dicky sebelumnya menjelaskan, jika salah satu aspek aturan dilonggarkan seperti syarat perjalanan, perlu ada penguatan aspek lain utamanya di surveilans dan kedisiplinan protokol kesehatan.

Dua hal itu menjadi hal krusial di tengah relaksasi aturan mobilitas masyarakat.

"Ini juga jauh (cakupan vaksinasi booster-nya) dan itu berbahaya, kematian masih bisa terjadi tinggi, pelonggaran dalam aturan testing bukan berarti pelonggaran di semua aspek tidak, harus ada penguatan semua aspek di protokol kesehatan. Ini yang berbahaya, ini yang harus literasi komunikasi disampaikan pada publik," pesan Dicky

 



Tags Kesehatan