Diperkosa Berkali-kali, Trauma Orang Utan Ini Tak Kunjung Hilang

Diperkosa Berkali-kali, Trauma Orang Utan Ini Tak Kunjung Hilang

RIAUMANDIRI.CO, KALTENG - Seekor orang utan dipaksa menjadi budak seks oleh mucikari di salah satu rumah bordil (rumah pelacuran) sekitar Kareng Pangi, Kalimantan Tengah. Saban hari Pony jadi korban lelaki yang ingin memuaskan nafsunya.

Menurut keterangan yang diperoleh, Pony setiap hari didandani layaknya seorang wanita sebelum melayani 'tamunya'.

Bahkan mucikari di rumah bordil itu sering mencukur rambut Pony dan memasangkannya perhiasan di beberapa bagian tubuhnya.


Pony yang sudah rapi disemprotkan minyak wangi kemudian diminta berbalik saat pria bejat mendekatinya secara perlahan.

Informasi tersebut diceritakan kembali oleh tim penyelamat Orang Utan BOS Foundation melalui akun Instagram @Indoflashlight.

“Pony dicukur setiap hari dan berulang kali diperkosa oleh para pria yang mengunjungi di rumah bordil,” katanya, dikutip dari unggahan akun Instagram @Indoflashlight pada Senin (6/9/2021).

“Ia juga dipaksa memakai perhiasan, parfum dan belajar untuk berputar ketika 'klien' mendekat,” tuturnya.

Peristiwa malang yang menimpa Pony sebenarnya terjadi pada 2003 silam, dia ditemukan oleh tim penyelamat Orang Utan BOS Foundation dengan kondisi yang mengenaskan.

Kulit Pony dipenuhi gigitan nyamuk serta tangan dan kakinya dalam keadaan dirantai.

BOS Foundation pun kala itu segera melakukan evakuasi pada Pony untuk menyelamatkannya dari rumah bordil.

Namun ironinya warga sekitar justru melarang BOS Foundation membawa Pony dengan alasan wilayah itu adalah 'rumah' bagi sang orang utan.

“Mereka berpikir Pony harus tetap di sana karena sudah dirawat sejak kecil,” kata akun @Indoflashlight.

Beruntung lambat laun tim BOS Foundation berhasil mengamankan Pony setelah melalui perundingan yang rumit dengan warga sekitar.

Setelah berhasil diselamatkan, Pony kemudian tiba di markas BOS Foundation di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah pada 13 Februari 2003.

“Pony dibawa ke tempat itu untuk direhabilitasi dengan catatan ibu mucikarinya diperbolehkan untuk berkunjung menjenguknya,” katanya.

“Hal itu juga dilakukan untuk meredam kemarahan warga yang menolak Pony dibawa,” ujarnya.

Meski sudah direhabilitasi, rasa trauma Pony dikabarkan tak kunjung hilang.

Hal ini terlihat dari reaksi Pony yang kerap menjerit dan buang air besar secara tiba-tiba setiap ibu mucikarinya berkunjung.

Di sisi lain, seiring berjalannya waktu Pony mulai bersosialisasi dengan orang utan lainnya di tempat rehabilitasi tersebut.

“Pony saat ini aktif ikut sekolah hutan untuk mendapatkan bimbingan dan perhatian guna mengembalikan sifat aslinya,” katanya.



Tags Peristiwa