Malam Pertama Penampilan Tiga Karya SADC

Bangkitkan Ide Sosial Masyarakat Minang

Bangkitkan Ide Sosial Masyarakat Minang

PEKANBARU (HR)-Suasana gedung Anjung Seni Idrus Tintin yang sedari tadi mengkakap, perlahan mulai menunjukan sinar di tengah panggung. Remang-remang mata memandang, penglihatan dikejutkan oleh keluarnya gumpalan asap tebal dari bagian belakang panggung.

Sementara di tengah panggung, terlihat juluran kain hitam lebar yang membentuk benjolan-benjolan menyerupai bebatuan. Tak jauh dari benjolan bebatuan tersebut pula, terbentuk tumpukan plastik yang mengundang imajinasi bahwasannya keberadaan tempat tersebut di sebuah kawasan perairan bebatuan pegunungan.

Panggung yang sedari tadi tidak berpenghuni, tiba-tiba mulai didiami oleh seorang wanita. Bersama dengan suara kicauan burung, wanita tersebut hanya berdiam diri menuju posisinya, yakni bagian depan kiri panggung.

Tak lama berselang, wanita yang hanya sendiri tadi mulai berkawan. Setting yang membentuk daerah sungai bebatuan itu mulai diramikan oleh warga-warga lainnya. Segala aktifitas pun dilakukan, mencuci, mandi hingga buang hajat.

Aktifitas pun terhenti dan menunjukan kefokusannya, wanita pertama yang duduk tadi berdiri dengan mengambil sebuah kayu panjang berbentuk alu. Dirinya memukulkan alu tersebut ke dalam lesung yang telah disediakan. Sambil bersyair Minang, wanita tersebut berputar mengitari lesung. Kerancakan penari dalam mengolah gerak bersama piring pun dimulai.

Demikianlah salah satu pertunjukan tari oleh Syahriel Alek Dance Community (SADC) di malam pertama, Jumat (3/4). Bertempat di Anjung Seni Idrus Tintin, SADC membuka pertunjukan pertamanya dengan Bumi Rekena yang memaparkan tentang kehidupan masyarakat diseputaran Bukit Batu dan pergunungan Padangpanjang.

Tak kalah heboh pertunjukan kedua, "Siklus Magis" mampu mencuri fokus penonton. Berangkat dari latar belakang inspirasi terhadap Sirompak, sebuah guna-guna yang terdapat di Payakumbuh, SADC menawarkan olah tubuh gerak yang membuat penonton agak sedikit nyeri menyaksikannya.

Kebolehan 3 orang penari wanita yang dihiasi lampu-lampu temaram, membuat suasana magis semakin dirasakan. Meski kesesuaian musik dicerna menyerupai musik blues, keselarasan pertunjukan dinilai memberikan estetika tersendiri.

Belum lagi karya ketiga, yang bernuansa Melayu. Berangkat dari Zapin, SADC mencoba menginterpretasikan pemahaman gerak Zapin di Riau dalam sebuah garapan yang berjudul "Bulan Terlambat Datang".

Dua kelompok penari yang dimaknai sebagai siang dan malam beradu gerak dalam tingkah Zapin yang telah dimodifikasi.

Menurut Kepala UPT Bandar Serai, OK Pulsiamitra yang turut menyaksikan penampilan di malam pertama, menyampaikan bahwasannya SADC mampu menunjukan karya yang bernuansa sangat berbeda dari ketiga suguhan. Dengan berangkat dari budaya Minangkabau, SADC dinilai mampu menggambarkan ide-ide sosial yang ada dikawasan mereka.

"Saya sangat apresiasi dan sangat menarik dari karya yang dibuat oleh Alek. Karena tiga karya yang disuguhkan itu punya warna yang jauh berbeda dengan konsep yang jelas. Jelas dia membawa suasana Minangkabau dengan segala properti dan sebagainya. Dan mereka mampu menampilkan ide-ide sosial budaya Minangkabau itu secara jernih di panggung Idrus Tintin ini," ungkap Pulsiamitra setelah penampilan usai.

Pulsiamitra juga menambahkan bahwasannya SADC yang dikoreograferi oleh Syahriel Alek mampu mentransformasikan sebuah hal yang dianggap menakutkan ke dalam ide kreatif tari. Hal itu dibuktikannya dalam sebuah karya yang berjudul "Siklus Magis".

"Tari kedua saya lihat dengan modal olah tubuh luar biasa, ketiga penari tampil mengtransformasikan ide kreatif dari koreografer untuk menginformasikan fakta bahwa orang yang kesurupan atau yang terkena Sirompak pun dalam gerak juga dapat dinikmati," ungkap Pulsiamitra lagi.

"Kita dari Anjung Seni Idrus Tintin ini sendiri berharap kegiatan-kegiatan seperti yang kita idekan ini, dapat kita laksanakan setiap bulannya dengan penyaji-penyaji yang kita rekomen untuk tampil di Anjung Seni Idrus Tintin. Harapan kami di 2016 Insyaallah coba memprogramkan akan mengundang orang-orang yang pantas untuk tampil di sini sehingga Anjung Seni Idrus Tintin itu menjadi tujuan penampilan seniman Indonesia dan mancanegara," tutup Pulsiamitra yang pernah menjabat Kepala Taman Budaya Riau.(rls)