Mudik Bahaya Jika Tak Dilarang, Begini Reaksi Istana

Mudik Bahaya Jika Tak Dilarang, Begini Reaksi Istana

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Ahli matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) menyebut akan terjadi penularan secara masif apabila pemerintah tidak melarang masyarakat untuk mudik. Dia memperkirakan puncak pandemi Corona di Indonesia akan terjadi di pertengahan Mei, sebelum lebaran. Seperti apa reaksi Istana?

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Komunikasi Politik dan Informasi, Juri Ardiantoro menyebut pemerintah masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sedangkan keputusan untuk pengaturan mudik akan melihat perkembangan di lapangan.

"Iya seperti yang presiden sampaikan. Saat ini kebijakannya adalah PSBB, yakni pembatasan pembatasan kegiatan masyarakat yang berpotensi menjadi sarana penularan virus," kata Juri saat dihubungi, Rabu (15/4/2020).


"Soal kemungkinan larangan mudik, seperti kata Pak Presiden akan dilihat perkembangan ke depan," sambungnya.

Juri menyebut pemerintah akan terus mempelajari perkembangan COVID-19. Serta mengevaluasi kebijakan untuk penanganan virus Corona itu.

"Pemerintah akan terus memperhatikan dan mempelajari secara cermat perkembangan wabah COVID-19 ini, termasuk mencermati kebijakan yang telah diambil," jelasnya.

Untuk menekan penyebaran virus Corona, Juri mengatakan butuh kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan pembatasan jarak. Dia juga meminta masyarakat untuk tidak mudik.

"Pemerintah berharap dengan kedisiplinan masyarakat untuk melakukan pembatasan-pembatasan tersebut dan penegakan disiplin wabah ini dapat ditekan penyebarannya," tutur Juri.

"Termasuk kebijakan mudik. Dalam konteks PSBB, yakni pembatasan, masyarakat diminta untuk tidak mudik," imbuhnya.

Sebelumnya, ahli matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sutanto Sastraredja mengkaji puncak Corona di RI terjadi pada pertengahan Mei. Dia menyebut supaya keadaan wabah virus Corona tidak menjadi lebih buruk, maka mudiknya penduduk Jakarta perlu diantisipasi.

Susanto mengatakan berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa sudah ada sekitar 7% penduduk Jakarta yang mudik lebih awal ke provinsi lain. Angka ini jugalah yang diungkap lewat survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Dari survei tersebut, 37% belum memutuskan apakah akan mudik atau tidak. Bila 37% itu bakal mudik, maka ada 44% orang penduduk Jakarta yang mudik di masa wabah ini.

"Kalau 44%, wah itu berpengaruh banget, berpengaruh banget. Bahaya itu. Nantinya, puncak kasus COVID-19 yang di Jakarta akan turun karena bergeser lebih cepat. Sementara, yang di non-Jakarta Pulau Jawa akan terjadi peningkatan signifikan," kata Sutanto.



Tags ISTANA