Sastrawan: PPI Adalah Bentuk Pengkerdilan Perempuan

Sastrawan: PPI Adalah Bentuk Pengkerdilan Perempuan

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Sastrawan sekaligus penulis, Hang Kafrawi mengkritik komunitas sastra Penyair Perempuan Indonesia. Menurutnya, PPI adalah bentuk pengkerdilan eksistensi perempuan itu sendiri. 

Sebab, dengan menciptakan perkumpulan yang hanya berisi perempuan, Kafrawi mengatakan perempuan seperti menganggap bahwa mereka terpecah belah sehingga perlu dibentuk komunitas untuk menyatukannya.

"Harus ada laki-lakinya juga. Sebab secara tidak langsung, perempuan-perempuan seperti menghegemoni dirinya kepada perempuan-perempuan lain. Hal ini seperti menunjukkan bahwa perempuan Indonesia terpecah-belah sehingga perlu disatukan," jelasnya saat menanggapi buku Palung Tradisi pada acara diskusi bedah buku di Ruang Bedah Buku Perpustakaan Wilayah Soeman HS, Kamis (20/2/2020).


Sementara itu, sastrawan Husnu Abadi justru menanggapi berbeda. Menurutnya, memang perempuan perlu membuat ruangnya sendiri tanpa campur tangan laki-laki.

"Majulah. Karena kadang laki-laki ini tak memberi tempat juga sama perempuan. Oleh karena itu menurut saya majulah. Sebab dengan demikian, tak banyak direcoki sama kaum laki-laki yang sering ingin berkuasa," jelasnya.

Menanggapi hal itu, Ketua PPI, Kunni Masrohanti menjelaskan bahwa sesungguhnya PPI tidak berusaha mengeksklusifkan diri sebagai perempuan. Termasuk berusaha keluar dari pengaruh laki-laki. Ia juga mengatakan ada kesalahan pemahaman terhadap tujuan dibentuknya PPI.

"Sebenarnya tidak begitu. Di Indonesia ini ada banyak komunitas sastra yang isinya perempuan. Ada Perempuan Penyair Indonesia juga, dan lain-lain. Kalau perempuan penyair, itu perempuan yang melahirkan karya. Kalau kita Penyair Perempuan Indonesia. Maknanya, penyair yang berbicara tentang perempuan. Penyair yang menjadikan perempuan sebagai sumber inspirasi, termasuk merawat tradisi. Jadi laki-laki juga boleh bergabung," paparnya.

Ia juga menambahkan, "Jadi tidak ada. Kami tidak mengkerdilkan diri. Kami tidak menganggap laki-laki sebagai saingan. Tidak ada. Kami hanya membicarakan perempuan sebagai sumber inspirasi," tutupnya.


Reporter: M. Ihsan Yurin



Tags Budaya