Kubu Airlangga Sebut Kesepakatan Hanya Satu: Bamsoet Ketua MPR Maka Tak Maju Munas

Kubu Airlangga Sebut Kesepakatan Hanya Satu: Bamsoet Ketua MPR Maka Tak Maju Munas

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Bambang Soesatyo (Bamsoet) geram dengan sikap Airlangga Hartarto yang tak mengakomodir pendukungnya di alat kelengkapan dewan (AKD) DPR. Oleh sebab itu, Bamsoet berencana kembali maju di Munas Golkar.

Namun Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily membantah mengakomodir pendukung di AKD menjadi salah satu syarat 'gencatan senjata' beberapa waktu lalu. Ace menyebut, hanya ada satu kesepakatan antara Airlangga dan Bamsoet.

"Saya enggak yakin ada kesepakatan itu. Yang ada adalah kesepakatan bahwa Pak Airlangga menugaskan sebagai ketua umum partai Golkar kepada pak Bamsoet sebagai ketua MPR. Maka ketua MPR sebagai penugasan partai Golkar tidak maju menjadi calon ketua umum Golkar. Hanya itu," jelas Ace di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/11).


Ace menegaskan, tidak ada deal-deal Airlangga dengan Bamsoet saat pencalonan ketua MPR. Diketahui, Airlangga dan Bamsoet bertemu akhir September lalu ditengahi oleh Surya Paloh. Usai pertemuan, Bamsoet didorong menjadi ketua MPR oleh Golkar.

Ditambah, tidak ada hubungan juga kesepakatan Airlangga dan Bamsoet dengan penyelenggaraan Munas. Sebab, Munas baru ditetapkan kepanitiaan belakangan saat rapat pleno pada November ini.

"Tidak ada apalagi misalnya dikaitkan dengan proses yang terjadi dengan persiapan Munas segala macem, toh kesepakatannya sebelum dilaksanakan rapat pleno kemarin," kata Ace.

Ace heran istilah kubu Airlangga dan kubu Bamsoet masih dipakai. Dia mengatakan, harusnya saat Bamsoet diakomodasi sebagai ketua MPR, orang-orangnya turut bersatu kembali.

"Seharusnya kalau pak Bamsoet sudah diakomodasi sebagai ketua MPR maka tidak ada lagi istilah orang Bamsoet, orang Airlangga, semua adalah orang partai Golkar yang sama-sama ingin menjadikan Musyawarah Nasional partai Golkar sebagai ajang untuk melakukan soliditas partai," tegasnya.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo saling tuding melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Keduanya sempat 'gencatan senjata' dalam pertarungan Munas Golkar. Alhasil Bamsoet dapat kursi Ketua MPR yang didukung Airlangga.

Namun satu bulan jelang Munas, dinamika internal Golkar kembali panas. Bamsoet memutuskan batal menyerahkan kursi ketua umum Golkar dengan mudah kepada Airlangga Hartarto.**