Jokowi Adakan Pertemuan Khusus dengan Bos IMF

Jokowi Adakan Pertemuan Khusus dengan Bos IMF

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan khusus dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional/IMF Kristalina Georgieva di sela KTT ke 35 ASEAN di Bangkok, Thailand.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi dan pucuk tertinggi lembaga donor itu membahas mengenai situasi perekonomian global yang dikhawatirkan memengaruhi kondisi ekonomi di negara-negara kawasan.

"Managing Director IMF menyampaikan bahwa ekonomi dunia mengalami slow down," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dikutip laman Sekretariat Kabinet, Senin (4/11/2019).


"Dan pertumbuhan [ekonomi] mengalami pertumbuhan terendah dalam satu dekade. Banyak sekali uncertainty," sambung Retno di sela-sela KTT ASEAN.

"Beliau mengatakan ekonomi ASEAN masih berada di bright spot in the world economy, bright spot-nya ada di ASEAN," katanya.

Jokowi dalam kesempatan tersebut juga kepada Kristalina mengenai program prioritas yang dikedepankan Indonesia dalam 5 tahun ke depan, salah satunya meningkatkan kualitas SDM.

Sebagai informasi, pertemuan antara Jokowi dan petinggi IMF ini dilakukan di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dikhawatirkan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara termasuk Indonesia.

Dalam rapat terbatas dengan topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian pekan lalu, Jokowi kembali mengingatkan kepada jajarannya bahwa situasi ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir cukup berat.

"Kita tahu bahwa ekonomi global dalam lima tahun ini dan perkiraan dari lembaga internasional, tahun depan akan menuju ke sebuah situasi yang lebih sulit. Dan bahkan yang sampaikan menuju ke sebuah resesi," tegas Jokowi.

Jokowi menegaskan bahwa kunci utama agar terhindar dari situasi tersebut yakni dengan memperkuat kinerja ekspor dan memperlancar arus investasi masuk ke berbagai wilayah di Indonesia.

Untuk upaya meningkatkan ekspor, Jokowi mengaku telah memerintahkan kepada sejumlah kementerian terkait untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan internasional dengan sejumlah negara tetangga.

"Yang penting menurut saya segera diselesaikan dan akhir 2020 ini bisa diselesaikan. Tim-nya disusun yang fixed, tidak ganti-ganti," jelasnya.

Adapun untuk memperlancar arus investasi masuk, Jokowi meminta agar seluruh regulasi yang selama ini menghambat modal datang ke Indonesia dihilangkan, seiring dengan rencana pemerintah menerbitkan Omnibus Law.

"Sudah kita mulai 2 bulan lau. Ada 74 UU di situ yang akan kita kerjakan. Saya kita pak Menko sudah paham tentang ini. Tolong koordinasikan dengan menko yang lain yang berkaitan," jelasnya.

Di akhir pidatonya, Jokowi meminta jajaran menterinya untuk melakukan upaya transformasi ekonomi menjadi sebuah negara yang tak lagi hanya mengekspor barang mentah tetapi yang mampu memberikan nilai tambah.

"Dari yang sebelumnya kita ekspor bahan mentah baik nikel, bauksit, alumina, batubara, satu persatu harus kita tata agar kita mengekspor dalam bentuk setengah jadi atau kita paksa ke barang jadi," jelasnya.

"Ini lah sebuah nilai tambah yang berikan daya saing kepada negara kita dan saya minta langkah-langkah percepatan segera dilakukan. Termasuk di dalamnya insentif industri bagi UKM dan industri di perdesaan," katanya.**