Kisah Relawan di Wamena, Banyak Warga Sembunyi di Kandang, Ladang dan Hutan

Kisah Relawan di Wamena, Banyak Warga Sembunyi di Kandang, Ladang dan Hutan

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - CEO AMI Group sekaligus relawan Azzam M. Izzulhaq membagikan cerita terkait kerusuhan di Wamena. Melalui jejaring Twitter pribadinya, Azzam mengaku memiliki keluarga angkat di Wamena, Papua tepatnya di Kampung Walesi.

Saat berkumpul bersama keluarga, ia pun terbiasa hidup saling berbagi dan berdampingan. Beragam agama membaur dalam satu rumah dan hal itu sudah biasa.

Secara singkat, Azzam mengisahkan kejadian yang dialami keluarga dan tetangganya saat rusuh.


Kala itu, penduduk Wamena pontang-panting menyelamatkan diri termasuk keluarga Azzam. Mereka membantu para tetangga untuk bersembunyi di berbagai tempat yang dirasa aman.

"Pada saat kejadian, papa dan adik-adik membantu menyembunyikan tetangganya di hutan, ladang, hingga kandang," tulis Azzam M. Izzulhaq, Minggu (6/10/2019).

Sebagai relawan yang turun langsung ke lokasi, Azzam menegaskan kerusuhan yang terjadi di Wamena bukan kejadian biasa.

Sejumlah nyawa melayang, sementara korban selamat memiliki beban psikologis saat kembali ke kampungnya akibat kejadian itu.

"Betapa kasihannya keluarga korban meninggal dunia, korban terluka dan juga yang dievakuasi ke Jayapura dan Timika serta yang kembali ke kampung halamannya dengan membawa trauma psikologis. Jika kejadiannya dianggap biasa saja atau bahkan kabar palsu belaka," imbuhnya.

Di akhir cuitannya, Azzam M Izzulhaq menyebut bahwa kerusuhan yang terjadi di Wamena bukan dilatarbelakangi oleh masalah agama. Jadi semestinya orang tidak mempercayai provokasi yang tersebar.

"Apa yang telah terjadi di Wamena bukanlah tentang agama. Jangan seret ke arah itu. Jangan juga terprovokasi mengenai hal itu. Jika ingin berjuang, mari kita bergandengan tangan. Membangun kembali Wamena, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya. Wamena, kitong semua punya," tegas Azzam.

Diberitakan sebelumnya, aksi demonstrasi yang digelar sekelompok massa di Wamena, Papua pada 23 September 2019 berujung rusuh.

Pasca-kerusuhan, tercatat 32 orang tewas serta 72 orang lainnya luka-luka, ratusan rumah, ruko dan kantor pemerintah dibakar serta dirusak perusuh. Ribuan warga memilih mengungsi dan kembali ke kampung halamannya.