Tersebar Video Pengeroyokan, Security BBSI Aniaya Warga Desa Talang Indragiri Hulu

Tersebar Video Pengeroyokan, Security BBSI Aniaya Warga Desa Talang Indragiri Hulu

RIAUMANDIRI.CO, RENGAT - Masyarakat Indragiri Hulu dihebohkan dengan tersebarnya video pengeroyokan dan penganiayaan terhadap warga. Kejadian tersebut di duga terjadi di Desa Talang Tujuh Buah Tangga, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Peristiwa terjadi, Rabu (19/12) siang. 

Dalam video tersebut terlihat jelas penganiayaan yang dilakukan oleh lebih kurang lima orang security,  dengan memukul bagian wajah dan tubuh korban yang sudah tersungkur di tanah. Bahkan salah seorang security menginjak-injak korban dengan keras. 

Namun herannya dalam video tersebut, oknum aparat keamanan yang menggunakan senjata laras panjang hanya melihat aksi tersebut dan tidak berusaha untuk mencegah perbuatan petugas keamanan itu. Bahkan juga terdengar suara yang diduga letusan senjata api. 


Arles Edison Nainggolan hanya bisa berteriak kesakitan saat lima oknum anggota security PT Bukit Betabuh Sei Indah (BBSI) menghajarnya.

Tak cukup sampai di situ, seorang lelaki berpakaian sipil juga mendekat membantu lima pengeroyok., Pengeroyokan terhadap lelaki 55 tahun itu disaksikan oleh dua orang oknum anggota polisi bersenjata laras panjang. 

Dan insiden yang terjadi di Dusun IV Desa Talang Tujuh Buah Tangga, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau itu menyebar lewat rekaman video. Kejadian ini dibenarkan seorang warga.

Lihat juga: Ini Video Pengeroyokan Security BBSI Terhadap Warga Desa Talang Indragiri Hulu

“Saya melihat langsung kejadian itu karena saya ada di sana. Memang persis seperti yang di video itu. Saya dan tiga warga juga kena pukul dan kena tendang. Saya juga melihat satu orang warga didorong oleh tiga oknum security ke lubang yang cukup dalam,” cerita Anggiat Sinaga 26 tahun, Rabu malam.

Nainggolan kata Anggiat, terus dihajar oleh oknum security hingga dinaikkan ke mobil Ranger milik perusahaan.  “Masyarakat berusaha menghalangi Nainggolan dibawa. Namun salah seorang anggota polisi bersenjata laras panjang tadi mengatakan kalau Nainggolan akan dibawa ke Polsek Kelayang,” katanya.

Mendengar pernyataan oknum penegak hukum itu, sejumlah warga kemudian bergegas mendatangi Mapolsek Kelayang yang berjarak sekitar 2,5 jam perjalanan dari kampung itu. 

Namun hingga malam, Nainggolan belum kelihatan. “Dari tadi saya bersama sekitar 20 orang masyarakat sudah menunggu,” kata Anggiat.

Awal kejadian ini, kata Anggiat, terjadi siang hari sebelumnya. Ketika sekitar 30 orang anggota keamanan perusahaan dan empat orang oknum anggota polisi bersenjata laras panjang datang ke arah perkampungan masyarakat. 

Mereka membawa satu unit alat berat untuk memutus akses jalan yang sehari-hari dipergunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas dan mengantar anak sekolah.

Melihat alat berat datang, beberapa masyarakat berusaha menghalangi. Cekcok mulut tak terhindarkan. Lantaran masyarakat makin ramai berdatangan, bentrok pun tak terelakkan. 

Kepada wartawan Kapolsek Kelayang, AKP Rinaldi Parlindungan mengatakan, bentrok masyarakat terjadi pada pukul 13.00 Wib di Dusun IV Perjuangan. 

Ada 30 orang security PT BBSI saat itu menjaga alat berat yang sedang menggali jalan, kemudian datang sekitar 50 orang warga protes dengan kegiatan tersebut. 

"Pihak security dan warga sama-sama tiba di TKP, kemudian terjadi cekcok hingga bentrok fisik," jelasnya.

Atas kejadian ini, ada lima orang dari pihak warga menjadi korban pemukulan oleh security. Mereka antara lain; Anggiat Sinaga, Parlin Sinaga, Rampatua Naibaho, Arles Edison Nainggolan dan Binus Turnip. 

Sementara dari pihak perusahaan, ada satu orang security yang menjadi korban pemukulan warga atas nama Muba Siahaan.

Empat dari lima warga yang menjadi korban itu sudah membuat laporan pengaduan di Mapolsek Kelayang, kemudian satu orang security BBSI membuat laporan ke Mapolres Inhu di Rengat. Bentrok semacam ini bukan sekali itu saja terjadi. 

Pihak perusahaan mengklaim kalau lahan di duduki masyarakat adalah konsesi perusahaan. Di sisi lain, masyarakat mengklaim kalau lahan itu adalah hak mereka. 

Selain lantaran mereka lebih dulu ada di sana dibanding perusahaan, tanah yang diduduki masyarakat juga dilengkapi surat yang dikeluarkan oleh kepala desa Siherlina.

Sementara hingga saat ini, dokumen yang dikantongi oleh perusahaan masih SK penunjukan lantaran kewajibannya menata batas area konsesi tidak dijalankan.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau, Gulat Medali Emas Manurung, menyayangkan sikap arogansi perusahaan dengan mengerahkan security dan oknum aparat bersenjata. 

“Mestinya semua pihak tanpa kecuali harus menjaga situasi Kondusif, tidak membuat kegaduhan. Apalagi ini tahun politik,” katanya. 

Manajer BBSI, Hasri, tak menampik adanya kejadian penganiayaan yang dilakukan oleh security perusahaannya. “Kami juga melaporkan warga ke Mapolres Inhu lantaran dua security kami juga menjadi korban,” katanya.

Perusahaan, kata Hasri melakukan pemutusan akses jalan lantaran area konsesi nya sering terganggu, juga tanaman akasia sering dirusak. 

“Nah upaya kami untuk mengamankan konsesi kami diprotes warga yang kemudian terjadi gesekan,” Hasri beralasan. 

Reporter: Eka Buana Putra