Arab Saudi Larang Warga Muslim Israel Laksanakan Haji di Makkah

Arab Saudi Larang Warga Muslim Israel Laksanakan Haji di Makkah

RIAUMANDIRI.CO, TEL AVIV - Pemerintah Arab Saudi melarang masuk para jamaah Muslim Israel untuk melakukan umrah. Larangan serupa juga terjadi saat musim haji beberapa bulan lalu.

Para jamaah Muslim Israel aslinya merupakan warga Arab Palestina, namun sudah berstatus sebagai warga negara mayoritas Yahudi tersebut. Sebelumnya, Saudi membolehkan para jamaah Muslim Israel melakukan ibadah haji dan umrah ke Makkah dengan menggunakan paspor sementara Yordania.

Yahya Saud, Kepala Komite Palestina di Parlemen Yordania mengatakan bahwa komitenya telah menghubungi Kedutaan Saudi di Yordania untuk membahas masalah tersebut.


Arab Saudi dan Israel tidak memiliki ikatan formal, yang membuat warga negara Israel tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan ke wilayah Kerajaan Arab Saudi. 

"Kami tidak memiliki penjelasan atas apa yang terjadi, jadi kami mengajukan banding ke setiap kemungkinan bantuan, tetapi kami sangat menyesal bahwa ziarah yang seharusnya dilakukan pada bulan Desember, yang telah didaftarkan ribuan orang, tidak bisa diadakan," kata Ketua Komite Haji Israel, Haji Salim Shalata dilansir Haaretz, Rabu (7/11/2018) malam.

Keputusan Saudi itu memengaruhi sekitar 1 juta warga Muslim Israel. Pada bulan September, Saudi melarang pengungsi Palestina yang memegang paspor sementara Lebanon mendapatkan visa untuk haji.

Sebelumnya, pada bulan Agustus, para pengungsi Palestina dari Gaza yang tinggal di Yordania juga ditolak untuk mendapatkan visa haji.

Larangan itu terjadi pada saat Arab Saudi dilaporkan akan menormalkan hubungan dengan Israel. Pada April, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk hidup. 

"Saya percaya orang Palestina dan Israel memiliki hak untuk memiliki tanah mereka sendiri...tetapi kita harus memiliki perjanjian damai untuk menjamin stabilitas bagi semua orang dan memiliki hubungan normal," katanya, saat kunjungan ke Amerika Serikat beberapa bulan lalu.

Pada November tahun lalu, Menteri Energi Israel Yuval Steinitz pernah mengakui bahwa Tel Aviv memiliki kontak terselubung dengan Riyadh tentang Iran. Hanya beberapa hari sebelum itu, kantor berita Saudi, Elaph, yang dekat dengan para pengambil keputusan di Riyadh, mempublikasikan wawancara dengan Kepala Staf Militer Israel, Gadi Eisenkot, menyatakan bahwa ada upaya untuk membawa hubungan Saudi dan Israel ke arah normal.

Namun, para pejabat Saudi telah mempertahankan sikap resmi Riyadh bahwa setiap hubungan dengan Israel bergantung pada penarikan diri Israel dari tanah Arab yang diduduki dalam Perang Enam Hari 1967, termasuk wilayah yang inginkan Palestina ibu kota masa depan mereka