Sulaiman, Biayai Kuliah S2 dengan Memulung Sampah

Sulaiman, Biayai Kuliah S2 dengan Memulung Sampah

RIAUMANDIRI.CO, MALANG - Di kehidupan ada banyak pandangan yang muncul dalam menanggapi fenomena pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Beberapa ada yang menyatakan pendidikan itu dapat dienyam siapapun tanpa pandang bulu. Di sisi lain, ada pandangan yang mengatakan pendidikan tinggi hanya mampu dilakukan oleh mereka yang "beruang".

Melihat hal ini, Staf Humas SMK Negeri 6 Malang, Sulaiman Sulam ingin membuktikan siapapun dapat mengenyam pendidikan hingga doktor sekalipun. Bahkan, pendidikan tinggi dapat dicapai bagi mereka yang memiliki biaya terbatas. Dalam hal ini seperti Sulaiman yang kini mampu mengenyam pendidikan S2 di salah satu perguruan tinggi di Malang dari memulung sampah.

Sulaiman menceritakan bagaimana pria asal Flores ini dapat terlibat dalam dunia persampahan. Sekitar 2011, Sulaiman yang kala itu telah menjadi guru tengah mengisi bensin di salah satu SPBU Malang. "Pas isi bensin, saya ambil uang di kantong yang di dalamnya ada kertas juga. Uangnya saya ambil, kertasnya saya buang. Gara-gara itu saya ditegur petugas SPBU. Saya seorang sarjana guru tentu malu ditegur petugas yang usianya 17 sampai 18 tahun," kata pria yang menetap di wilayah Sukun, Malang, Selasa (31/7/2018).


Selama perjalanan pulang, Sulaiman mulai introspeksi diri atas sikapnya di SPBU Malang. Membuang sampah jelas sangat dilarang di manapun terutama lokasi publik. Dari sinilah, Sulaiman mulai bertekad untuk mengubah cara hidupnya dalam memandang sampah.

Sekitar 2012, Sulaiman mulai aktif terlibat dalam memberikan pendidikan lingkungan di sekolahnya. Di tahun serupa juga dia dikirim kepala sekolah untuk melakukan pelatihan pengelolaan sampah selama tiga pekan. "Saya kebetulan selalu memberikan edukasi masalah sampah pada anak-anak. Dan saat itu belum tahu tentang bank sampah," jelasnya.

Staf Humas SMKN 6 Malang, Sulaiman Sulam mampu mengenyam pendidikan tinggi S2 dari memulung sampah.

Selama beberapa tahun, Sulaiman konsentrasi memberikan pembelajaran apapun terkait sampah. Dalam hal ini termasuk mengajarkan bagaimana mengelola kompos. Lalu hal ini berlanjut sampai akhirnya sekolah memiliki bank sampah pada 2016.

"Dan waktu itu program SPP berbayar sampah sempat viral juga di media lokal dan nasional. Kenapa bisa viral? Itu karena kemanfaatannya. Apa mungkin bayar biaya pendidikan itu bisa dari sampah? Untuk buktikannya, saya coba sendiri," terang pria yang kini berusia 34 tahun tersebut.

Pembuktian ini, kata Sulaiman, sebenarnya bertujuan memberikan edukasi pada masyarakat Indonesia. Ia ingin membuktikan untuk mengenyam pendidikan tinggi tidak perlu menunggu kaya dahulu. Atau, tak perlu menunggu bantuan biaya dari orangtua.

Menurut Sulaiman, semua pendidikan dapat dienyam oleh siapapun dalam keadaan apapun. Jika berusaha, kata dia, segalanya dapat tercapai dengan mudah. Hal ini terbukti dengan dirinya yang mampu masuk pendidikan tinggi S2 jurusan administrasi publik pada 2018 di STIA Malang.

Dalam satu bulan, Sulaiman berhasil mengumpulkan uang setidaknya Rp 200 sampai 300 ribu per bulan. Uang ini dirasa dapat membantu karena dirinya diperbolehkan membiayai kuliah dengan cara dicicil setiap bulan. Satu semester, dia melanjutkan, Sulaiman harus mengeluarkan uang sekitar Rp 5,5 juta.